Pages

Jumat, 20 Maret 2015

Infeksi Yang Menyertai Kehamilan dan Nifas

BAB I
(PENDAHULUAN)
I.       LATAR BELAKANG
Masa kehamilan sangat rentan terhadap suatu masalah tertentu, entah itu penyakit menular seksual, penyakit bawaan (keturunan), penyakit yang timbul sewaktu hamil, dan sebagainya. Hal itu disebabkan karena saat hamil seseorang daya tahan tubuhnya cenderung menurun.
Penyakit menular seksual bisa ditularkan melalui hubungan seksual, pemakaian jarum suntik bersamaan yang tidak steril, penggunaan  alat cukur bersamaan (khususnya terluka menyisakan darah) ,dan bisa ditularkan pada bayi saat ibu hamil, melahirkan, ataupun menyusui.

Penyakit menular seksual disebabkan oleh adanya virus, bakteri, atau parasit jamur. Jika tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya atau fatal.  Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan.
Disini kita akan membahas tentang masalah Penyakit Menular Seksual pada ibu hamil dan Nifas, berikut beberapa Penyakit Menular Seksual di antaranya : Sifilis, Citomegalo Virus (CMV), Rubella, Harves, HIV/AIDS.


II.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksud dengan penyakit Sifilis ?
2.      Apa yang di maksud dengan penyakit CMV ?
3.      Apa yang di maksud dengan penyakit Rubella ?
4.      Apa yang di maksud dengan penyakit Harves ?
5.      Apa yang di maksud dengan penyakit HIV/AIDS ?



III. TUJUAN
1.      Untuk menambah wawasan tentang Penyakit Menular Seksual
2.      Memenuhi tugas dari dosen
3.      Membantu mahasiswa dalam mencari bahan tentang PMS



BAB II
(PEMBAHASAN)


A.    INFEKSI YANG MENYERYTAI KEHAMILAN DAN NIFAS
1.      SIFILIS
a.    Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi  penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan seeksual dan oral sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi nanah dekat kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia kadang berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat dilihat dan dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah dan wajah.
Pada wanita hamil sifilis dapat ditularkan pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian dalam rahim. Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.
b.   Klasifikasi
1.      Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
2.      Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu seperti demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu
3.      Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati para penderita akan mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala penyakit akan menghilang namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh. Ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
4.      Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.

c.    Penanganan Dokter
1.      Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2.      Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit.
3.      Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9 juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.

Apabila penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.


2.      CITOMEGALO VIRUS (CMV)
a.    Definisi
Cytomegalovirus atau sering disebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita HIV. Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridoe. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena  bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Human Cytomegalo virus atau Human Herpes Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang belakang. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.


CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuen sekunder dapat menyebabkan infeksi kongenital. Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat :
1.        Bayi masih dalam kandungan (infeksi perinatal) dimana virus ditularkan melalui darah, plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau bawaan.
2.        Proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/ serviks ibu yang mengandung CMV
3.        Setelah lahir (infeksi postnatal) terutama kontak dengan ASI dan air liur.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin gan bayi bervariasi tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika pada ibu terinfeksi pertama kali pada saat hamil, maka kemungkinan janin tertular 20-40%, dan dampak pada janin lebih para sekitar 10-15% janin yangh terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala tidak khas dan mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang.

b.   Diagnosis pada ibu hamil
Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala asimpomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spektrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Bila pemeriksaan serologis menunjukan negatif ataupun positif maka perlu di lakukan konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer maupun sekunder atau rekuren. Pada screening ibu hamil dengan pemeriksaan serologis di gunakan kombinasi anti-CMV IgD dan IgM pada ibu hamil kurang dari 12 minggu. Pada ibu seronegatif di lakukan pemeriksaan ulang pada kehamilan 6-8 minggu. Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positif di lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan infeksi CMV aktif dapat juga di tentukan oleh pemeriksaan anti-Genemian, deteksi pengukuran dengan pp65 pada leukosit darah tepi hasil pemeriksaan anti-Genemian mempunyai sensitifitas 60-70%.


3.      RUBELLA
a.    Definisi
Infeksi virus Rubella merupakan pernyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau di kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Virus ini dapat menular lewat darah, urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu.
Penyakit rubella pada umumnya sebelum pasangan merencanakan untuk hamil, dianjurkan untuk melakukan tes TORCH, dimana salah satu yang di tes adalah memastikan bahwa pasangan yang bersangkutan telah memiliki kekebalan terhadap rubella.
Gejala-gejala infeksi rubella : pembengkakan pada kelenjar getah bening, demam di atas 38°C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.

Pada Trimester I (minggu pertama), jika ibu hamil mendapatkan rubella pada masa ini maka kemungkinan akan berakibat fatal (± 90%) pada janin. Semakin awal usia kehamilan maka semakin besar resiko hal ini akan tertular pada janin. Sesudah minggu ke-10, resiko cacat fisik dan non-fisik pada janin juga berkurang namun masih di mungkinkan terjadi cacat non-fisik berupa kurang berfungsinya pendengaran ataupun penglihatan pada bayi yang kemungkinan baru bisa di sembuhkan ketika mereka beranjak dewasa. Pada masa-masa ini bisa jadi para dokter kandungan merekomendasikan untuk menggugurkan kandungan .
Pada Trimester II (pada minggu ke 14 dan ke-15) pada umumnya resiko penularan ke janin juga semakin kecil. Namun masih di mungkinkan terjadi kecatatan pada pendengaran dan penglihatan.
Pada Trimester III (setelah minggu ke-16) resiko cacat pada janin bisa di bilang sudah hampir tidak ada. Oleh karena itu sangat disarankan kepada para ibu hamil untuk menghindari orang yang sedang terkena Rubella khususnya pada Trimester I.

b.   Pemeriksaan Rubella
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazimnya di lakukan adalah pemeriksaan anti rubella IgM dan anti rubella IgG, pada darah ibu. Seorang ibu positif rubella apabila hasil laboratorium menunjukkan rubella IgM nya negatif dan rubella IgG nya positif. Pemeriksaan anti rubella dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil, jika ternyata belum memiliki kekebalan, di anjurkan untuk vaksinasi. Pemeriksaan anti rubella IgM dan IgG terutama sangat berkuna untuk diagnosis infeksi akut untuk kehamilan <18 mg dan resiko infeksi rubella bawaan. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak, maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan tekhnik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban atau darah janin (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban atau darah janin harus di lakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan, dan hanya di lakukan setelah usia di atas 22 mg. Infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.


4.      HARVES
a.      Beberapa definisi dari harves adalah sebagai berikut :
·         Harvers Genitalis : infeksi homunis pada traktus genitalia bagian bawah.
·         Harves Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh virus harver homunis tipe 1 dan 2 yang menyerang daerah mukokutan seperti adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritema pada daera mukokutan.

b.      Gejala klinis yang mungkin di alami oleh penderita harves adalah sebagai berikut:
·         Gejala primer biasanya timbul dalam 3-7 hari setelah paparan.
·         Infeksi asimptomatik parestesia yang ringan dan rasa panas di daerah perinium dan dapat terjadi sebelum lesi kelihatan.
·         Jika mukosa vesika urinaria terinfeksi, makan urinisasi sangat nyeri sampai terjadi retensi urin.
·         Terjadi vesikel jernih pada labia mayor dan labia minor dan klulit perinium, vertibula bahkan vagina dan mukosa ektoservik.
·         Vesikel yang di alami dalam waktu 1-7 hari dalam membentuk ulkus dangkal dan nyeri. Bila penyembuhan terjadi, tidak menyebabkan parut ulserasi.

c.       Penanganan khusus penyakit harves (intruksi dokter)
Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3x500 mg; bersihkan lesi dengan larutan antiseptik dan kompres dengan air hangat. Setelah nyeri berkurang keringkan dan oleskan Asiclovir 5% topikal; berikan Asiclovir oral 200 mg tiap 4 jam; rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologi lokal, Ketuban Pecah Dini, partus prematurus; obati pasangannya dengan Asiclovir oral selama 7 hari; bila di putuskan untuk partus pervaginam, hindarkan transmisi ke bayi atau penolong. Obat-obatan antiviral yang di berikan selama 3 bulan (dalam pengawasan dokter).

d.      Pencegahan
Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi sesar, pencegahan lainnya dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktivitas sexual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius. Untuk mencegah transmisi dari ibu ke janin:
1.      Pengobatan supresi serangan satu dalam kehamilan.,
2.      Rutin pemberian antivirus pada kehamilan dengan riwayat infeksi Harves.

3.      Pemeriksaan serologi (darah yang berseiko terkena infeksi Harves, pakaian bekas pakai ibu yang terinfeksi virus ini harus di cuci secara desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan di rendam klorin kemudian di rendam air mendidih agar virus mati.


5.      AIDS / HIV
a.    Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus. Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara penularan HIV/AIDS :
1.      Hubungan sexual
2.      Transfusi darah/tertusuk jarum
3.      Terpapar mukosa kulit
4.      Tranmisi dari ibu ke janin: selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).


Gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1.      Mayor
a.         BB turun 10% dalam 1 bulan
b.         Diare kronik > 1 bulan
c.         Demam > 1 bulan
d.        Kesadaran turun dan gangguan neurologi
e.         Ensefalopati HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2.      Minor
a.         Batuk menetap > 1 bulan
b.         Dermatitis generalisata gatal
c.         Herpes zooster yang berulang
d.        Kandidiasis orofaring
e.         Herpes simpleks kronik progresif
f.          Limpadenopati generalisata
g.         Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

b.   Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada ibu hamil yang di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun 6 bulan terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan AZT melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral (ARV), menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui penggunaan ARV : resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Angka penularan hanya 1-2% bila ibu memakai ARV. Angka ini kurang lebih 4% bila ibu memakai AZT selama 6 bulan terakhir kehamilannya dan bayinya di berikan AZT selama 6 minggu selama hidupnya.
Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularaan ini : AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi 1 minggu setelah lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian 1 tablet lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
Menggabungkan nefirafine dan AZTV selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2% namun, resistensi terhadap nefirafine dapat muncul hingga 20% perempuan memakai 1 tablet selama waktu hamil. Hai ini, mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistensi ini juga dapat di sebarkan pada bayi waktu menyusui. Walau begitu terapi jarak pendek ini lebih terjangkau di Negara berkembang.

c.       Penanganan persalinan
1.      Wanita hamil dengan HIV
ZDV dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg atau 3x 200 mg
2.      Persalinan
Pada saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3.      Bayi
Bayi dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama 6 minggu setelah melahirkan. 



BAB III
(PENUTUP)

I.          KESIMPULAN
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun, penyakit ini berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Penyakit sifilis ini mempunyai 4 klasifikasi yaitu stadium 1 sampai stadium 4. Human Cytomegalo virus atau Human Herpes Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang belakang.
Rubella merupakan pernyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau di kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan.
Harvers Genitalis : infeksi homunis pada traktus genitalia bagian bawah. Harves Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh virus harver homunis tipe 1 dan 2 yang menyerang daerah mukokutan seperti adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritema pada daera mukokutan. Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 20 Maret 2015

Infeksi Yang Menyertai Kehamilan dan Nifas

BAB I
(PENDAHULUAN)
I.       LATAR BELAKANG
Masa kehamilan sangat rentan terhadap suatu masalah tertentu, entah itu penyakit menular seksual, penyakit bawaan (keturunan), penyakit yang timbul sewaktu hamil, dan sebagainya. Hal itu disebabkan karena saat hamil seseorang daya tahan tubuhnya cenderung menurun.
Penyakit menular seksual bisa ditularkan melalui hubungan seksual, pemakaian jarum suntik bersamaan yang tidak steril, penggunaan  alat cukur bersamaan (khususnya terluka menyisakan darah) ,dan bisa ditularkan pada bayi saat ibu hamil, melahirkan, ataupun menyusui.

Penyakit menular seksual disebabkan oleh adanya virus, bakteri, atau parasit jamur. Jika tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya atau fatal.  Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan.
Disini kita akan membahas tentang masalah Penyakit Menular Seksual pada ibu hamil dan Nifas, berikut beberapa Penyakit Menular Seksual di antaranya : Sifilis, Citomegalo Virus (CMV), Rubella, Harves, HIV/AIDS.


II.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksud dengan penyakit Sifilis ?
2.      Apa yang di maksud dengan penyakit CMV ?
3.      Apa yang di maksud dengan penyakit Rubella ?
4.      Apa yang di maksud dengan penyakit Harves ?
5.      Apa yang di maksud dengan penyakit HIV/AIDS ?



III. TUJUAN
1.      Untuk menambah wawasan tentang Penyakit Menular Seksual
2.      Memenuhi tugas dari dosen
3.      Membantu mahasiswa dalam mencari bahan tentang PMS



BAB II
(PEMBAHASAN)


A.    INFEKSI YANG MENYERYTAI KEHAMILAN DAN NIFAS
1.      SIFILIS
a.    Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi  penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan seeksual dan oral sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi nanah dekat kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia kadang berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat dilihat dan dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah dan wajah.
Pada wanita hamil sifilis dapat ditularkan pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian dalam rahim. Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.
b.   Klasifikasi
1.      Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
2.      Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu seperti demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu
3.      Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati para penderita akan mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala penyakit akan menghilang namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh. Ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
4.      Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.

c.    Penanganan Dokter
1.      Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2.      Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit.
3.      Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9 juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.

Apabila penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.


2.      CITOMEGALO VIRUS (CMV)
a.    Definisi
Cytomegalovirus atau sering disebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita HIV. Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridoe. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena  bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Human Cytomegalo virus atau Human Herpes Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang belakang. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.


CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuen sekunder dapat menyebabkan infeksi kongenital. Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat :
1.        Bayi masih dalam kandungan (infeksi perinatal) dimana virus ditularkan melalui darah, plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau bawaan.
2.        Proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/ serviks ibu yang mengandung CMV
3.        Setelah lahir (infeksi postnatal) terutama kontak dengan ASI dan air liur.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin gan bayi bervariasi tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika pada ibu terinfeksi pertama kali pada saat hamil, maka kemungkinan janin tertular 20-40%, dan dampak pada janin lebih para sekitar 10-15% janin yangh terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala tidak khas dan mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang.

b.   Diagnosis pada ibu hamil
Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala asimpomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spektrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Bila pemeriksaan serologis menunjukan negatif ataupun positif maka perlu di lakukan konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer maupun sekunder atau rekuren. Pada screening ibu hamil dengan pemeriksaan serologis di gunakan kombinasi anti-CMV IgD dan IgM pada ibu hamil kurang dari 12 minggu. Pada ibu seronegatif di lakukan pemeriksaan ulang pada kehamilan 6-8 minggu. Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positif di lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan infeksi CMV aktif dapat juga di tentukan oleh pemeriksaan anti-Genemian, deteksi pengukuran dengan pp65 pada leukosit darah tepi hasil pemeriksaan anti-Genemian mempunyai sensitifitas 60-70%.


3.      RUBELLA
a.    Definisi
Infeksi virus Rubella merupakan pernyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau di kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Virus ini dapat menular lewat darah, urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu.
Penyakit rubella pada umumnya sebelum pasangan merencanakan untuk hamil, dianjurkan untuk melakukan tes TORCH, dimana salah satu yang di tes adalah memastikan bahwa pasangan yang bersangkutan telah memiliki kekebalan terhadap rubella.
Gejala-gejala infeksi rubella : pembengkakan pada kelenjar getah bening, demam di atas 38°C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.

Pada Trimester I (minggu pertama), jika ibu hamil mendapatkan rubella pada masa ini maka kemungkinan akan berakibat fatal (± 90%) pada janin. Semakin awal usia kehamilan maka semakin besar resiko hal ini akan tertular pada janin. Sesudah minggu ke-10, resiko cacat fisik dan non-fisik pada janin juga berkurang namun masih di mungkinkan terjadi cacat non-fisik berupa kurang berfungsinya pendengaran ataupun penglihatan pada bayi yang kemungkinan baru bisa di sembuhkan ketika mereka beranjak dewasa. Pada masa-masa ini bisa jadi para dokter kandungan merekomendasikan untuk menggugurkan kandungan .
Pada Trimester II (pada minggu ke 14 dan ke-15) pada umumnya resiko penularan ke janin juga semakin kecil. Namun masih di mungkinkan terjadi kecatatan pada pendengaran dan penglihatan.
Pada Trimester III (setelah minggu ke-16) resiko cacat pada janin bisa di bilang sudah hampir tidak ada. Oleh karena itu sangat disarankan kepada para ibu hamil untuk menghindari orang yang sedang terkena Rubella khususnya pada Trimester I.

b.   Pemeriksaan Rubella
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazimnya di lakukan adalah pemeriksaan anti rubella IgM dan anti rubella IgG, pada darah ibu. Seorang ibu positif rubella apabila hasil laboratorium menunjukkan rubella IgM nya negatif dan rubella IgG nya positif. Pemeriksaan anti rubella dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil, jika ternyata belum memiliki kekebalan, di anjurkan untuk vaksinasi. Pemeriksaan anti rubella IgM dan IgG terutama sangat berkuna untuk diagnosis infeksi akut untuk kehamilan <18 mg dan resiko infeksi rubella bawaan. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak, maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan tekhnik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban atau darah janin (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban atau darah janin harus di lakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan, dan hanya di lakukan setelah usia di atas 22 mg. Infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.


4.      HARVES
a.      Beberapa definisi dari harves adalah sebagai berikut :
·         Harvers Genitalis : infeksi homunis pada traktus genitalia bagian bawah.
·         Harves Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh virus harver homunis tipe 1 dan 2 yang menyerang daerah mukokutan seperti adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritema pada daera mukokutan.

b.      Gejala klinis yang mungkin di alami oleh penderita harves adalah sebagai berikut:
·         Gejala primer biasanya timbul dalam 3-7 hari setelah paparan.
·         Infeksi asimptomatik parestesia yang ringan dan rasa panas di daerah perinium dan dapat terjadi sebelum lesi kelihatan.
·         Jika mukosa vesika urinaria terinfeksi, makan urinisasi sangat nyeri sampai terjadi retensi urin.
·         Terjadi vesikel jernih pada labia mayor dan labia minor dan klulit perinium, vertibula bahkan vagina dan mukosa ektoservik.
·         Vesikel yang di alami dalam waktu 1-7 hari dalam membentuk ulkus dangkal dan nyeri. Bila penyembuhan terjadi, tidak menyebabkan parut ulserasi.

c.       Penanganan khusus penyakit harves (intruksi dokter)
Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3x500 mg; bersihkan lesi dengan larutan antiseptik dan kompres dengan air hangat. Setelah nyeri berkurang keringkan dan oleskan Asiclovir 5% topikal; berikan Asiclovir oral 200 mg tiap 4 jam; rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologi lokal, Ketuban Pecah Dini, partus prematurus; obati pasangannya dengan Asiclovir oral selama 7 hari; bila di putuskan untuk partus pervaginam, hindarkan transmisi ke bayi atau penolong. Obat-obatan antiviral yang di berikan selama 3 bulan (dalam pengawasan dokter).

d.      Pencegahan
Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi sesar, pencegahan lainnya dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktivitas sexual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius. Untuk mencegah transmisi dari ibu ke janin:
1.      Pengobatan supresi serangan satu dalam kehamilan.,
2.      Rutin pemberian antivirus pada kehamilan dengan riwayat infeksi Harves.

3.      Pemeriksaan serologi (darah yang berseiko terkena infeksi Harves, pakaian bekas pakai ibu yang terinfeksi virus ini harus di cuci secara desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan di rendam klorin kemudian di rendam air mendidih agar virus mati.


5.      AIDS / HIV
a.    Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus. Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara penularan HIV/AIDS :
1.      Hubungan sexual
2.      Transfusi darah/tertusuk jarum
3.      Terpapar mukosa kulit
4.      Tranmisi dari ibu ke janin: selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).


Gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1.      Mayor
a.         BB turun 10% dalam 1 bulan
b.         Diare kronik > 1 bulan
c.         Demam > 1 bulan
d.        Kesadaran turun dan gangguan neurologi
e.         Ensefalopati HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2.      Minor
a.         Batuk menetap > 1 bulan
b.         Dermatitis generalisata gatal
c.         Herpes zooster yang berulang
d.        Kandidiasis orofaring
e.         Herpes simpleks kronik progresif
f.          Limpadenopati generalisata
g.         Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

b.   Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada ibu hamil yang di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun 6 bulan terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan AZT melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral (ARV), menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui penggunaan ARV : resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Angka penularan hanya 1-2% bila ibu memakai ARV. Angka ini kurang lebih 4% bila ibu memakai AZT selama 6 bulan terakhir kehamilannya dan bayinya di berikan AZT selama 6 minggu selama hidupnya.
Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularaan ini : AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi 1 minggu setelah lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian 1 tablet lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
Menggabungkan nefirafine dan AZTV selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2% namun, resistensi terhadap nefirafine dapat muncul hingga 20% perempuan memakai 1 tablet selama waktu hamil. Hai ini, mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistensi ini juga dapat di sebarkan pada bayi waktu menyusui. Walau begitu terapi jarak pendek ini lebih terjangkau di Negara berkembang.

c.       Penanganan persalinan
1.      Wanita hamil dengan HIV
ZDV dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg atau 3x 200 mg
2.      Persalinan
Pada saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3.      Bayi
Bayi dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama 6 minggu setelah melahirkan. 



BAB III
(PENUTUP)

I.          KESIMPULAN
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun, penyakit ini berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Penyakit sifilis ini mempunyai 4 klasifikasi yaitu stadium 1 sampai stadium 4. Human Cytomegalo virus atau Human Herpes Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang belakang.
Rubella merupakan pernyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau di kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan.
Harvers Genitalis : infeksi homunis pada traktus genitalia bagian bawah. Harves Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh virus harver homunis tipe 1 dan 2 yang menyerang daerah mukokutan seperti adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritema pada daera mukokutan. Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar