BAB
I
(PENDAHULUAN)
I. LATAR
BELAKANG
Masa kehamilan sangat rentan terhadap suatu masalah tertentu,
entah itu penyakit menular seksual, penyakit bawaan (keturunan), penyakit yang
timbul sewaktu hamil, dan sebagainya. Hal itu disebabkan karena saat hamil
seseorang daya tahan tubuhnya cenderung menurun.
Penyakit menular seksual bisa ditularkan melalui hubungan seksual,
pemakaian jarum suntik bersamaan yang tidak steril, penggunaan alat cukur bersamaan (khususnya terluka
menyisakan darah) ,dan bisa ditularkan pada bayi saat ibu hamil, melahirkan,
ataupun menyusui.
Penyakit menular seksual disebabkan oleh adanya virus, bakteri,
atau parasit jamur. Jika tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan efek
samping yang berbahaya atau fatal. Masa
nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan.
Disini kita akan membahas tentang masalah Penyakit Menular Seksual
pada ibu hamil dan Nifas, berikut beberapa Penyakit Menular Seksual di
antaranya : Sifilis, Citomegalo Virus (CMV), Rubella, Harves, HIV/AIDS.
II. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan penyakit Sifilis ?
2. Apa yang di maksud dengan penyakit CMV ?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit Rubella ?
4. Apa yang di maksud dengan penyakit Harves ?
5. Apa yang di maksud dengan penyakit HIV/AIDS ?
III. TUJUAN
1. Untuk menambah wawasan tentang Penyakit Menular Seksual
2. Memenuhi tugas dari dosen
3. Membantu mahasiswa dalam mencari bahan tentang PMS
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. INFEKSI
YANG MENYERYTAI KEHAMILAN DAN NIFAS
1. SIFILIS
a. Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit
kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan
penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk
sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi
yang di kandungnya.
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu
bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium. Masa tanpa
gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan
disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan seeksual dan oral
sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi nanah dekat
kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia kadang
berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat dilihat dan
dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah dan
wajah.
Pada wanita hamil sifilis dapat ditularkan
pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati,
limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian dalam rahim.
Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin
injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah
penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.
b. Klasifikasi
1.
Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka
yang kemerahan dan basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini
merupakan stadium yang sangat menular.
2.
Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir,
mulut, tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu
seperti demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu
3.
Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati
para penderita akan mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala
penyakit akan menghilang namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh.
Ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
4.
Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai
sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh
dan dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
c. Penanganan
Dokter
1.
Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis
total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu.
Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2
juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2.
Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0
juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain
dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga
mencapai dosis total 6 juta unit.
3.
Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9
juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu.
Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2
juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.
Apabila penderita
alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin
HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan
tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.
2. CITOMEGALO
VIRUS (CMV)
a. Definisi
Cytomegalovirus atau sering disebut dengan
CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa
oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita HIV. Cytomegalovirus juga merupakan
anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridoe. CMV sering
disebut sebagai virus paradoks karena
bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal atau dapat juga hanya
diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Human Cytomegalo virus atau Human Herpes
Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap
virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah dan
transplantasi organ atau sumsum tulang belakang. Virus dapat ditemukan dalam
urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan
darah.
CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau
rekuen sekunder dapat menyebabkan infeksi kongenital. Janin dan bayi yang baru
lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular ibunya yang baru terinfeksi pada
saat hamil. Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada
saat :
1.
Bayi
masih dalam kandungan (infeksi perinatal) dimana virus ditularkan melalui
darah, plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau bawaan.
2.
Proses
melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/ serviks ibu yang
mengandung CMV
3.
Setelah
lahir (infeksi postnatal) terutama kontak dengan ASI dan air liur.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan
infeksi pada janin gan bayi bervariasi tergantung tipe infeksi yang terjadi
pada ibu. Jika pada ibu terinfeksi pertama kali pada saat hamil, maka
kemungkinan janin tertular 20-40%, dan dampak pada janin lebih para sekitar
10-15% janin yangh terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan.
Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala tidak khas dan mempunyai
spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang.
b. Diagnosis
pada ibu hamil
Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan
gejala asimpomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spektrum yang luas
sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Bila
pemeriksaan serologis menunjukan negatif ataupun positif maka perlu di lakukan
konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer maupun sekunder atau rekuren.
Pada screening ibu hamil dengan pemeriksaan serologis di gunakan kombinasi
anti-CMV IgD dan IgM pada ibu hamil kurang dari 12 minggu. Pada ibu seronegatif
di lakukan pemeriksaan ulang pada kehamilan 6-8 minggu. Pada ibu dengan
serokonversi atau anti-CMV positif di lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penentuan infeksi CMV aktif dapat juga di tentukan oleh pemeriksaan
anti-Genemian, deteksi pengukuran dengan pp65 pada leukosit darah tepi hasil
pemeriksaan anti-Genemian mempunyai sensitifitas 60-70%.
3. RUBELLA
a. Definisi
Infeksi virus Rubella merupakan pernyakit
ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang
mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang
janin. Rubella atau di kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh
melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Virus ini dapat menular
lewat darah, urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu.
Penyakit rubella pada umumnya sebelum
pasangan merencanakan untuk hamil, dianjurkan untuk melakukan tes TORCH, dimana
salah satu yang di tes adalah memastikan bahwa pasangan yang bersangkutan telah
memiliki kekebalan terhadap rubella.
Gejala-gejala infeksi rubella : pembengkakan
pada kelenjar getah bening, demam di atas 38°C, mata terasa nyeri, muncul
bintik-bintik merah di seluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian,
sakit kepala, hilang nafsu makan.
Pada Trimester I (minggu pertama), jika ibu hamil
mendapatkan rubella pada masa ini maka kemungkinan akan berakibat fatal (± 90%)
pada janin. Semakin awal usia kehamilan maka semakin besar resiko hal ini akan
tertular pada janin. Sesudah minggu ke-10, resiko cacat fisik dan non-fisik
pada janin juga berkurang namun masih di mungkinkan terjadi cacat non-fisik
berupa kurang berfungsinya pendengaran ataupun penglihatan pada bayi yang
kemungkinan baru bisa di sembuhkan ketika mereka beranjak dewasa. Pada
masa-masa ini bisa jadi para dokter kandungan merekomendasikan untuk
menggugurkan kandungan .
Pada Trimester II (pada minggu ke 14 dan
ke-15) pada umumnya resiko penularan ke janin juga semakin kecil. Namun masih
di mungkinkan terjadi kecatatan pada pendengaran dan penglihatan.
Pada Trimester III (setelah minggu ke-16)
resiko cacat pada janin bisa di bilang sudah hampir tidak ada. Oleh karena itu
sangat disarankan kepada para ibu hamil untuk menghindari orang yang sedang
terkena Rubella khususnya pada Trimester I.
b. Pemeriksaan
Rubella
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi infeksi Rubella, yang lazimnya di lakukan adalah pemeriksaan anti
rubella IgM dan anti rubella IgG, pada darah ibu. Seorang ibu positif rubella
apabila hasil laboratorium menunjukkan rubella IgM nya negatif dan rubella IgG
nya positif. Pemeriksaan anti rubella dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil, jika ternyata belum memiliki kekebalan, di
anjurkan untuk vaksinasi. Pemeriksaan anti rubella IgM dan IgG terutama sangat
berkuna untuk diagnosis infeksi akut untuk kehamilan <18 mg dan resiko
infeksi rubella bawaan. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak,
maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan tekhnik PCR (Polymerase Chain
Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban atau darah janin (cairan
amnion). Pengambilan sampel air ketuban atau darah janin harus di lakukan oleh
dokter ahli kandungan dan kebidanan, dan hanya di lakukan setelah usia di atas
22 mg. Infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.
4. HARVES
a. Beberapa
definisi dari harves adalah sebagai berikut :
·
Harvers
Genitalis : infeksi homunis pada traktus genitalia bagian bawah.
·
Harves
Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh virus harver homunis tipe 1 dan 2
yang menyerang daerah mukokutan seperti adanya vesikel berkelompok diatas kulit
yang sembab dan eritema pada daera mukokutan.
b. Gejala
klinis yang mungkin di alami oleh penderita harves adalah sebagai berikut:
·
Gejala
primer biasanya timbul dalam 3-7 hari setelah paparan.
·
Infeksi
asimptomatik parestesia yang ringan dan rasa panas di daerah perinium dan dapat
terjadi sebelum lesi kelihatan.
·
Jika
mukosa vesika urinaria terinfeksi, makan urinisasi sangat nyeri sampai terjadi
retensi urin.
·
Terjadi
vesikel jernih pada labia mayor dan labia minor dan klulit perinium, vertibula
bahkan vagina dan mukosa ektoservik.
·
Vesikel
yang di alami dalam waktu 1-7 hari dalam membentuk ulkus dangkal dan nyeri.
Bila penyembuhan terjadi, tidak menyebabkan parut ulserasi.
c. Penanganan
khusus penyakit harves (intruksi dokter)
Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol
3x500 mg; bersihkan lesi dengan larutan antiseptik dan kompres dengan air
hangat. Setelah nyeri berkurang keringkan dan oleskan Asiclovir 5% topikal;
berikan Asiclovir oral 200 mg tiap 4 jam; rawat inap bila terjadi demam tinggi,
nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologi lokal, Ketuban
Pecah Dini, partus prematurus; obati pasangannya dengan Asiclovir oral selama 7
hari; bila di putuskan untuk partus pervaginam, hindarkan transmisi ke bayi
atau penolong. Obat-obatan antiviral yang di berikan selama 3 bulan (dalam
pengawasan dokter).
d. Pencegahan
Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, agar
bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi sesar, pencegahan lainnya
dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama
kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktivitas sexual, dan
penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius. Untuk mencegah
transmisi dari ibu ke janin:
1.
Pengobatan
supresi serangan satu dalam kehamilan.,
2.
Rutin
pemberian antivirus pada kehamilan dengan riwayat infeksi Harves.
3.
Pemeriksaan
serologi (darah yang berseiko terkena infeksi Harves, pakaian bekas pakai ibu
yang terinfeksi virus ini harus di cuci secara desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
dengan di rendam klorin kemudian di rendam air mendidih agar virus mati.
5. AIDS
/ HIV
a. Definisi
Human
immunodeficiency virus (HIV)
adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus
RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus.
Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya
sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi
akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired
immunodefficiency syndrom (AIDS)
adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh.
Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara penularan HIV/AIDS :
1.
Hubungan
sexual
2.
Transfusi
darah/tertusuk jarum
3.
Terpapar
mukosa kulit
4.
Tranmisi
dari ibu ke janin: selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).
Gejala
dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1.
Mayor
a.
BB
turun 10% dalam 1 bulan
b.
Diare
kronik > 1 bulan
c.
Demam
> 1 bulan
d.
Kesadaran
turun dan gangguan neurologi
e.
Ensefalopati
HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2.
Minor
a.
Batuk
menetap > 1 bulan
b.
Dermatitis
generalisata gatal
c.
Herpes
zooster yang berulang
d.
Kandidiasis
orofaring
e.
Herpes
simpleks kronik progresif
f.
Limpadenopati
generalisata
g.
Infeksi
jamur berulang pada alat kelamin wanita.
b. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada
bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada ibu hamil yang
di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun 6 bulan
terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan AZT
melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu.
Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada
bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV
lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan
untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko
banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral (ARV), menjaga
proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui penggunaan ARV :
resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Angka penularan hanya 1-2% bila ibu memakai
ARV. Angka ini kurang lebih 4% bila ibu memakai AZT selama 6 bulan terakhir
kehamilannya dan bayinya di berikan AZT selama 6 minggu selama hidupnya.
Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai
melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularaan ini : AZT dan
3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi 1 minggu setelah
lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian 1 tablet
lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
Menggabungkan nefirafine dan AZTV selama
persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2% namun, resistensi terhadap
nefirafine dapat muncul hingga 20% perempuan memakai 1 tablet selama waktu
hamil. Hai ini, mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistensi ini juga dapat di sebarkan pada bayi waktu menyusui. Walau begitu
terapi jarak pendek ini lebih terjangkau di Negara berkembang.
c. Penanganan
persalinan
1.
Wanita
hamil dengan HIV
ZDV
dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg atau 3x 200 mg
2.
Persalinan
Pada
saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3.
Bayi
Bayi
dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama 6 minggu
setelah melahirkan.
BAB III
(PENUTUP)
I.
KESIMPULAN
Sifilis atau raja singa adalah penyakit
kelamin yang bersifat kronis dan menahun, penyakit ini berbahaya karena dapat
menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat
di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Penyakit sifilis ini
mempunyai 4 klasifikasi yaitu stadium 1 sampai stadium 4. Human Cytomegalo
virus atau Human Herpes Virus 5 di tularkan melalui kontak intim dan atau
berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin,
transfusi darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang belakang.
Rubella merupakan pernyakit ringan pada anak
dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini
dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau di
kenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti
hidung dan tenggorokan.
Harvers Genitalis : infeksi homunis pada traktus
genitalia bagian bawah. Harves Simpleks : infeksi akut yang di sebabkan oleh
virus harver homunis tipe 1 dan 2 yang menyerang daerah mukokutan seperti
adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritema pada daera
mukokutan. Acquired immunodefficiency
syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya
daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar