Pages

Jumat, 20 Maret 2015

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan


BAB I
(PENDAHULUAN)

I.          LATAR BELAKANG
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah di terima bahwa setiap kehamilan membawa resiko setiap ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilakukan pada tahun 1997 menyatakan dari tahun 1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. klahiran bayi merupakan peristiwa penting bai kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Sebagai bidan, kita beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan keluarga.
Kita juga berada pada posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelahiran untuk memberikan dukungan dan dorongan. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal. Akan tetapi, potensi komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu ada sehingga bidan harus mengamati ibu dan bayi dengan ketat sepanjang kelahiran jika dilihat dari data-data diatas, maka sangat penting bagi kita (bidan) untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini penyulit komplikasi selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan ngka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi.

II.          TUJUAN
1.    Memenuhi tugas dosen
2.    Menambah wawasan serta pengetahuan
3.    Mempermudah dalam mencari referensi
4.    Penunjang belajar

III.          RUMUSAN MASALAH
1.    Mengetahui definisi dari masalah komplikasi kehamilan
2.    Mengetahui penyebab komplikasi kehamilan
3.    Mengetahui prognosis dan komplikasi kehamilan
4.    Mengetahui patofisiologi dari komplikasi kehamilan
5.    Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan komplikasi kehamilan
6.    Mengetahui Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan
7.    Mengetahui Bagaimana Prognosis dan komplikasi kehamilan




BAB II
(PEMBAHASAN)

I.          KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT
1.    DIABETES MILITUS
A.  Definisi
Diabet Militus adalah penyakit kelainan metabolisme dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula dalam tuhuh.
Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil sel-sel dalam kelenjar pankreas yang bekerja menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbon hidrat untuk makanan janin dan persiapan menyusui.

B.  Gejala umum
Sering kencing pada malam hari (polyuria), selalu merasa haus (polydipsia), selalu merasa lapar (polyfagia), selalu merasa lelah atau kekurangan energi, infeksi di kulit, penglihatan menjadi kabur, hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah), glaikosuria (glukosa dalam urine).

C.  Penapisan pada ibu hamil
·      Riwayat kebidanan
-     Beberapa kali keguguran
-     Riwayat IUFD yang tidak di ketahui sebabnya
-     Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
-     Pernah melahirkan bayi >4000 gram
-     Riwayat preeklamsi

·      Riwayat ibu
-     Umur ibu hamil >30 tahun
-     Riwayat DM dalam keluarga
-     Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

D.  Efek pada ibu
Beberapa efek yang terjadi pada ibu adalah preeklamsia, polidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan dengan riwayat SC, trauma persalinan akibat bayi besar.

E.   Efek pada janin
Beberapa efek yang mungkin terjadi pada janin adalah makrosomnia, hipoglikemi (<30 mg/dl) karena hyperinsulinemia dan cadangan glikogen yang kurang, hambatan pertumbuhan, cacat bawaan seperti jantung/ginjal, asfiksia perinatal.

F.   Asuhan yang diberikan
1.    Beritahu pasien bahwa bidan harus bekerja sama dengan dokter yang tepat untuk mengawasi kehamilannya.
2.    Dukungan tambahan selain keluarga dekat pasien, seperti ahli gizi agar mendapat informasi yang tepat.
3.    Pastikan klien harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter spesialis ya ng telah di sarankan untuk mendapatkan perintah dokter yang harus dijalani.
4.    Diet yang baik
5.    Istirahat, hindari penggunaan tenaga yang berlebihan, istirahat di tengan siang seperti tidur siang akan lebih baik.
6.    Pemantauan yang ketat seperti memeriksakan diri ke dokter untuk melihat keadaan ibu dan janin.
7.    Kelahiran dini.

2.    JANTUNG
A.  Definisi
Jantung adalah sebuah pompa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Gerakan jantung terdiri dari kontraksi yaitu sistolik dan pengendoran yaitu diastolik.

B.  Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh kelainan jantun congenial dan penyakit otot jantung. Penyakit jantung pada wanita hamil masih merupakan sebab kematian bari diketahui seperti sesak nafas, syanosis, kelainan nadi, odema, jantung yang berdebar-debar. Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin, janin kemungkinan dilahirkan prematur, bayi lahir dengan apgar rendah. Pada penyakit jantung berat yang di derita ibu hamil dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan juga janin yang di kandungnya.

C.  Klasifikasi
1.    Kelas I : pasien sama sekali tidak perlu membatasi kegiatan fisik.
2.    Kelas II : pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, jika melakukan pekerjaan sehari-hari terasa jantung berdebar-debar dan terjadi angina pektoris.
3.    Kelas III : pasien sangat mudah merasa lelah disertai timbulnya gejala-gejala lain jika melakukan pekerjaan ringan sekalipun.
4.    Kelas IV : pasien memperlihatkan gejala dekompensasi jantung walau dalam istirahat sekali pun.

D.  Asuhan yang di lakukan
Pengobatan tergantung dari klasifikasinya. Kelas I tidak memerlukan pengobatan, kelas II tidak memerlukan pengobatan tetapi hindari kegiatan fisik terutama waktu usia kehamilan 28-32 minggu, kelas III dan IV di rawat di RS dengan pengelolaan bersama kebidanan dan kardiologi.

·      Asuhan kehamilan
-     Konsultasi dan rawat bersama dengan bagian kardiologi di ruang penyakit dalam.
-     Bila rawat jalan, kontrol setiap minggu, tiap kunjungan periksa ke bagian kebidanan dan kardiologi,
-     Istirahat minimal 2 jam waktu siang dan 10 jam waktu malam.
-     Di lakukan pemeriksaan EKG
-     Setelah umur kehamilan 32 minggu, di lakukan pemeriksaan USG.
·      Asuhan persalinan
-     Kala I. Pemantauan ketat terhadap ibu dan janin. Beri oksigen bila terlihat adanya sianosis.
-     Kala II. Proses persalinan tergantung klasifikasi. Pada kelas I persalinan dapat di lakukan secara spontan, kelas II sama saja seperti kelas I, kelas III dan IV sebaiknya mencegah ibu mengedan kemudian kolaborasi dengan dokter untuk pertolongan menggunakan ekstraksi forsep. Selama kala II bagian kardologi harus tetap mendampingi.
·      Asuhan masa nifas
Dalam 24 jam pertama pasca-persalinan, pemantauan tanda dekompensasi tetap dilakukan secara ketat. Bila keadaan pasien stabil, maka boleh pulang setelah 7 hari perawatan dan tetap terkontrol setelah keluar dari RS. Pada masa nifas, kontrasepsi harus di berikan dalam kolaborasi dengan dokter untuk melakukan kontap (tubektomi).




3.    SISTEM PERNAPASAN
Selama kehamilan terjadi sejumlah adaptasi sistem pernapasan dan perubahan fungsi paru yang penting. Secara fisiologi, perubahan ini di perlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari sirkulasi hiperdinamik dan janin. Empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungan dengan fungsi pernafasan sebagai berikut :
a.    Rahim yang membesar karna kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga dada menjadi sempit, gerakan paru terbatas untuk mengambil oksigen selama pernapasan. Untuk mengatasi kekurangan oksigen ini pernapasan menjadi cepat (hiperventilasi).
b.    Perubahan hormonal, terutama hormon progestero yang meningkat selama kehamilan, membuat otot-otot saluran napas menjadi kendor dan mendorong hiperventilasi.
c.    Meningkatnya volume darah dan curah jantung dalam usaha menyelamatkan janin, serta memenuhi kebutuhan metabolik ibu meninggi.
d.    Perubahan imunologi, faktor daya tahan ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit saluran nafas selama hamil. Kadar IgE mungkin naik ata menurun pada seorang wanita hamil.

4.    SISTEM PENCERNAAN
Selama kehamilan saluran cerna dan organ-organ penunjang mengalami perubaha, baik secara anatomi (karena pembesaran uterus) maupun secara fungsional (penurunan gerakan saluran alat cerna).
Gangguan yang seringa terjadi pada sistem pencernaan selama kehamilan adalah sevagai berikut :
a.    Hipersalivasi atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen.
b.    Gangguan yang menyangkut organ lambung juga sering muncul pada ibu hamil, biasa sering di sebut dengan sakit maag atau gastritis.
c.    Akibat rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru akan meningkatkan produksi asam lambung.
d.    Bertambah besarnya janin akan mendesak usus halus yang akan menyebabkan ibu hamil mengalami mual-muntah secara berlebihan, gangguan buang air besar, dan perut kembung.

5.    SISTEM HEMATOLOGY
A.  Definisi
Pada kehamilan terjadi perubahan hematologis nyata. Salah satu perubahan paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit turun (hipervilemia). Wanita hamil renta terhadap berbagai kelainan darah yang mungkin mengenai setiap usia subur. Kelainan tersebut mencakup penyakit kronik yang di diagnose sebelum hamil misal anemia herediter keganasan seperti leukemia dan limpoma.

B.  Perubahan hematologi dalam kehamilan
Perubahan pada volume darah total, volume plasma, dan volume, sel darah merah selama masa kehamilan dan pasca persalinan. Peningkatan volume plasma menyebabkan penurunan kadar haemoglobin mulai pada minggu ke 12 sampai minggu ke 36 yang di antaranya :
1.    Zat Besi
Zat besi dikirimkan secara aktif ke fetus melalui plasenta sehingga bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita anemia jarang mengalami keluhan ini. Jika zat besi  ibu sedikit dan rendah, maka plasenta akan menyaimbangkaan dengan menggunakan cadangan zat besi maternal dan mengirimkan sejumlah yang di butuhkan janin.
2.    Trombosit
Pada kehamilan jumlah trombosit menurun menjelang aterm, tetapi umumnya tetap berada dalam rentang normal. Respon ini bervariasi karena mungkin terjadi peningkatan pertukaran trombosit dan pengaktifan trombosit derajat rendah seiring dengan kemajuan kehamilan sehingga proporsi trombosit muda yang volume lebih besar meningkat.
3.    Sistem pembekuan darah
Waktu perdarahaan pada kehamilan menurun sekitar 30% karena rasio factor pembekuan dan fibrinolitik berubah. Terjadi pembekuan umum terutama pada akhir kehamilan. Perubahan merupakan kompensasi sebagai persiapan persalinan.
4.    Perubahan Vaskular Lokal
Dalam sirkulasi darah ½ nya berda dalam tungkai bawah. Sebagian besar wanita mengalami edema di tungkai bawah akibat kombinasi hormon progesterone yang melemaskan tonus vascular, terhambatnya aliran balik vena oleh uterus yang membesar dan gaya gravitasi. Efek dari peningkatan tekanan vena adalah meningkatnya insiden dan keparahan varices di tungkai, vulva, dan hemoroid.


6.    SISTEM PERKEMIHAN
Pada kehamilan terjadi perubahan pada struktur maupun fungsi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih adalah salah satu perubahan anatomi palig signifikan yang timbul oleh kehamilan.
Pada kehamilan juga terjadi perubahan pada fungsi dari saluran kemih, hal ini terjadi karena frekuensi buang air kecil akan bertambah karena tekanan uterus membesar.
Beberapa penyakit sistem perkemihan di antaranya :
a.    Infeksi saluran kemih
b.    Pielonefritis akut
c.    Nefrolitiasis (batu ginjal)
d.    Penyakit ginjal kronik
e.    Gagal ginjal akut



II.          KEHAMILAN DENGAN INFEKSI
1.    RUBELLA
A.  Definisi
Rubella (campak jerman) adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik intrauterin, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Rubella disebabkan oelh virus plemorfis yang mengandung RNA. Tanda dan gejala pada penyakit rubella yaitu :
a.    Demam ringan, pusing, mata merah
b.    Sakit tenggorokan
c.    Ruam kulit setelah demam turun
d.    Kelenjar limfe membengkak
e.    Fotofobia
f.      Abortus spontan
g.    Pada ibu hamil kadang tanpa gejala

B.  Dampak pada kehamilan
Infeksi rubella congenital dapat menyebabkan syndrom rubella kongenital yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi).
b.    Katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan bola mata yang kecil.
c.    Kelainan jantung bawaan.
d.    Hilangnya fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran.
e.    Radang otak dan selaput otak.




C.  Pengobatan infeksi Rubella
Tidak ada obat spesifik untuk pengoatan virus rubella. Obat yang di berikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan. Bayi yang lahir dengan sindrom kongenital, biasanya harus di tangani dengan seksama oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang di derita akibat infeksi kongenital, semakin besar pula pengaruhnya pada proses perumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya infeksi rubella kongenital di pastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM rubella pada darah bayi.

D.  Pencegahan penularan virus Rubella
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan virus rubella adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat di berikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella). Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai anti boditerhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.

2.    HEPATITIS
A.  Definisi
Peradangan hati karna di sertai berbagai hal sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan di sebut “Hepatitis akut”, sedangkan hepatitis yang lebih dari 6 bulan di sebut “Hepatitis kronis”. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis yang di antaranya hepatitis A, hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis akut biasa disebut dengan hepatitis A, tetapi hepatitis kronis dan bisa juga menyebabkan kangker adalah hepatitis B dan hepatitis C.
B.  Gejala
Hepatitis kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita, di antaranya :
a.    Kuning
b.    Mual
c.    Muntah
d.    Hilangnya nafsu makan
e.    Nyeri perut kanan atas.
f.      Diagnosis di tegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik.
Cara penularan hepatitis adalah sebagai berikut :
a.    Secara vertikal dari ibu ke janin
b.    Hubungan seksual
c.    Penggunaan jarum suntik bersama
d.    Tranfusi darah
e.    Kontak udara

C.  Pencegahan
HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi.
Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
III.          KEHAMILAN DENGAN PMS
1.    GONORHOE
A.  Definisi
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata dan bagian tubuh lain.

B.  Etilogi
Gonorhoe disebabkan oleh gonokok yang dimasukan ke dalam kelompok Neiserria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 µ, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif gram, tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terkena infeksi adalah pada vagina wanita sebelum pubertas.

C.  Komplikasi
Infeksi pada serviks (Servisitis Gonorhoe), salpingitis, infertilitas, infeksi pada uretra dapat terjadi pada uretritis, kelenjar bartholoni, adanya kemungkinan lahirnya prematur, infeksi neonatal dan keguguran, adanya sepsis pada BBL. Pada janin dan BBL dapat berakibat kebutaan, untuk mencegah kebutaan semua bayi yang lahir biasanya di berikan obat tetes mata untuk pengobatan gonorhoe. Pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah, penyakit sistemik seperti meningitis dan artritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.





D.  Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiclin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sevalosporin (seftriaxon 250mg secara IM) sebagai dosis tunggal. Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sevalosporin tidak dapat di toleransi sebaiknya di berikan spektinomisin 2 gr secara IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga di berikan amoxilin 2gr atau 3gr oral dengan tambahan probenesid 1gr oral.

E.   Pencegahan
a.    Tidak melakukan hubungan seksual baik vagina, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi.
b.    Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan penyakit ini.
c.    Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d.    Sarankan juga pasangan seksual kita di periksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.

2.    SIFILIS
A.  Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi  penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.

B.  Peyebab
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan seeksual dan oral sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi nanah dekat kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia kadang berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat dilihat dan dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah dan wajah.
Pada wanita hamil sifilis dapat ditularkan pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian dalam rahim. Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.

C.  Klasifikasi
1.    Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
2.    Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu seperti demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu.
3.    Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati para penderita akan mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala penyakit akan menghilang namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh. Ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
4.    Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.




D.  Penanganan dokter
1.    Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2.    Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit.
3.    Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9 juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.

Apabila penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.

3.    HIV/AIDS
A.  Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus. Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara penularan HIV/AIDS :
1.    Hubungan sexual
2.    Transfusi darah/tertusuk jarum
3.    Terpapar mukosa kulit
Tranmisi dari ibu ke janin: selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).

B.  Gejala
Gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1.    Mayor
a.    BB turun 10% dalam 1 bulan
b.    Diare kronik > 1 bulan
c.    Demam > 1 bulan
d.    Kesadaran turun dan gangguan neurologi
e.    Ensefalopati HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2.    Minor
a.    Batuk menetap > 1 bulan
b.    Dermatitis generalisata gatal
c.    Herpes zooster yang berulang
d.    Kandidiasis orofaring
e.    Herpes simpleks kronik progresif
f.      Limpadenopati generalisata
g.    Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

C.  Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada ibu hamil yang di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun 6 bulan terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan AZT melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral (ARV), menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui penggunaan ARV : resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularaan ini : AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi 1 minggu setelah lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian 1 tablet lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.

D.  Penanganan persalinan
1.    Wanita hamil dengan HIV
ZDV dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg atau 3x 200 mg
2.    Persalinan
Pada saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3.    Bayi
Bayi dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama 6 minggu setelah melahirkan.
IV.          KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN JIWA
1.    DEPRESI
A.  Definisi
Depresi dalam kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya yang muncul pada hari 1 sampai 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Pada hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kejailan.
Depresi pada kehamilan akan bisa bisa dihindarkan melalui dukungan psikologis yang kuat dari keluarga, memberikan kasih sayang dan empati pada masa kehamilan awal mereka.
Dukungan psikologis dan perhatian akan memerikan dampak signifikan pada kehidupan sosial seperti (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati)

B.  Faktor
Beberapa faktor utama penyebab depresi :
·        Kehamilan yang tidak diharapkan
·        Hamil diluar nikah
·        Faktor ekonomi
·        Faktor ketidak bahagiaan dalam rumah
·        Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga







C.  Gejala
Beberapa gejala depresi :
·        Menunjukan lebih banyak mengeluarkan air mata dibandingkan senyum
·        Tidak mau makan dan minum
·        Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
·        Jarang mengontrol kehamilan
·        Tidak melakukan perisiapan untuk menyambut bayi yang akan lahir

D.  Pengaruh terhadap kehamilan
Dampak pengaruh depresi terhadap kehamilan :
·        Timbulnya gangguan pada janin yang masih dikandungan
·        Munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak

2.    PSIKOSA
A.  Definisi
Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampuu lagi menyesesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar an berlaku umum.

B.  Tanda dan gejala
·        Tidak mampu melakukan partisipasi sosial halusinasi.
·        Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi halusinasi.
·        Sosialnya membahayakan diri sendiri dan orang lain.
·        Adanya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasia.



C.  Jenis psikosa
1.    Skizofrenia
Merupakan jenis psikosa yang sering dijumpai. Skizofernia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
·      Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
·      Menurunnya autonium yang mungkin disebkan infeksi selama hamil.
·      Komplikasi kehamilan.
Proses penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil :
·      Wanita yang datang dengan psikosis harus dirawat di rumah sakit bila rawat jalan tidak memungkinkan.
·      Diberikan obat antipsikotik.
·      Terapi elektrokompulsif.

2.    Paranoid
Ditandai dengan adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Cara pencegahan yang dapat dilakukan penderita psikosa :
·        ANC rutin
·        Nutrisi
·        Aktivitas
·        Relaksasi
·        Senam hamil

3.    PSIKONEUROSA
A.  Definisi
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya. Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu keglainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan) oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya tinggi.

B.  Gejala
·      Penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya.
·      Tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula dirinya sendiri.
·      Ketakutan terus-menerus dan sering tidak rasional. Misalnya bagi ibu hamil, takut memikirkan sakitnya melahirkan.



V.          KELAINAN LETAK JANIN DALAM RAHIM
1.    PUNCAK KEPALA
A.  Definisi
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.

B.  Diagnosis
·      Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
·      Di atas panggul teraba kepala
·      Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang berlawanan.
·      Di fundus uteri teraba bokong.
·      DJJ terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin.
·      Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul
·      Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduannya sama tinggi didalam panggul.

C.  Etiologi
·      Kelainan panggul
·      Kepala berbentuk bulat
·      Anak kecil/mati
·      Kerusakan dasar panggul




D.  Komplikasi
·      Pada Ibu:  Robekan jalan lahir yang lebih luas.
·      Pada Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

2.    LETAK DAHI
A.  Definisi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.

B.  Etiologi
·      Panggul sempit
·      Janin besar
·      Multiparitas
·      Kelainan janin (Anansefalus)
·      Kematian janin intra uterin

C.  Diagnosa
·     Pemeriksaan luar  seperti pada presentasi muka, tapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
·     DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
·     Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
·     Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.

D.  Komplikasi
·      Pada Ibu: Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
·      Pada Anak: Mortalitas janin tinggi

3.    LETAK MUKA
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung, bila muka sudah masuk kedalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan harus di lakukan dengan hati-hati, sehingga tidak melukai mata dan mulut. Hal ini disebabkan karna keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu janin tidak dapat lahir spontan kecuali bila janin kecil atau mati. Umumnya bila terdapat letak muka segera di lakukan SC disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin, penolong akan meraba muka, mulut, hidung dan pipi.
Etiologinya yaitu panggul sempit, janin besar, multiparitas, perut gantung, anencephal, tumor dileher, lilitan tali pusat, dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka dengan dagu anterior dan posterior, sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan persalinan terjadinya fleksi.



4.    PERSISTEN OKSIPITO POSTERIOR
Posisi dimana ubun-ubun kecil tidak berputar ke depan, sehingga tetap berada di belakang disebabkan karena usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Mekanisme persalinannya dapat berlangsung spontan tetapi pada umumnya lebih lama, dan sulit untuk di ramalkan, karena kemungkinan adanya penyulitpun selalu ada, di tambah kemungkinan kerusakan jalan lahir besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila di bandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil berada di depan. Oleh sebab itu persalinan dapat ditangani vakum atau cunam. Rotasi secara spontan terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu bila kepala janin tidak rotasi atau turun, pada persalinan dapat terjadi robekan perinium yang luas atau tidak teratur, etiologi usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul, pada diameter anterior posterior lebih besar tranversa pada panggul antropoid, atau sekmen depan menyempit seperti pada panggul android, ubun-ubun kecil akan sulit memutar kedepan, sebab lain otot-otot panggung lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.




VI.          KONSEP DASAR DISTOSIA
A.  Definisi
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga /his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Penyebab: sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering di jumpai pada multi gravida; faktor herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting; salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemeberian obat-obatan seperti oxyticin dan obat-obatan penenang; penanganan Distosia kelainan tenaga/his, bila dijumpai pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya. Pada partus yang telah berlangsunng lama atau berikan regim rehidrasi.
a.    Infus dextrosa 5% atau larutan garam fisiologis 1liter dalam 1 jam  pertama.
b.    Bila his yang menyebabkan rasa sakit yang  berlebihan berikan injeksi petidin 50 mg.
c.    Berikan anti biotik secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.

B.  Distosia kelainan tenaga/his
1.    His Hipotonik
Adalah his yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang di bandingkan  dengan his yang  normal, inersia  uteri dibagi 2 keadaan primer dan sekunder.
Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama maka diagnosis ini akan lebih mudah ditegakan.
Penangananan inersia Uteri:
·      Periksa keadaan serviks, presentasi dan kondisi janin, penurunan bagian terbawah janin, dan keadaan panggul kemudian buat tindakan dan rencana
·      Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam dextr4osa 5%(12 tetes/mnit) kemudian naikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/mnit
·      Bila his tidak kuat oksitosin drips di stop kemudian berikan obat penenang
·      Valium 10 mg
·      Bila disertai dengan disproporsi  Cephalofelvis kemudian tindakan SC
·      HIS kuat menyebabkan inersia uteri sekunder dengan KU ibu lemah dan partus telah berlangsung 24 jam Primi dan 18 jam multi, lakuakan SC.

2.    His hipertonik
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga  tidak ada relaksasi. Penanganannya: berikan obat seperti morpin, luminal, dsb. Kemudaian janian tidak lahir dalam waktu dekat (4-6 jam),  bila ada tanda-tanda obstruksi lakuakan SC, bila partus presipitaus tidak banyak yang bisa dilakuakan karena lahir tiba-toiba dan cepat.

3.    His yang tidak terkoordinasi
Adalah sifat his yang berubah-ubah  tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Penangannya: berikan (sedativa dan analgetik) seperti morpin, petidin dan valium; apabila persalianan sudah berlangsung  lama dan berlarut-larut lakuakan EK, Forcep/SC.




VII.          DISTOSIA KELAINAN ALAT KANDUNGAN
A.  Distosia karena kelainan vulva
1.    Definisi
Distosia vulva adalah  persalian aynag sulit diesnbabkan karena atresia vulvae tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya karena radang atau trauma (Sulaeman, 184).

2.    Etiologi
Edema vulva dijumpai pada pre-eklampsia dan gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama atau persalinan terlantar. Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama  dinding pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat pengaruh hormone steroid.
Stenosis vulva dijumpai sebagai akibat parut yang kaku atau dapat mengecilkan vulva (stenosis). Dengan episiotomi persaliana akan berjalan  lancar. Peradangan vulva sering brsamaan  dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik seperti sifilis, Gonorea, Trikomoniasis, Kandidasis dan amebiasis dan infeksi  tidak spesifik seperti eksema, diabetes militus, bhatolinitis, abses, dan kista bhartolini.
Tumor vulva dapat berupa abses Bhartolinii atau kista atau suatu Kandilomata, karena tidak terlalu besar tidak akan menghalangi persalinan.

B.  Distosia karena kelainan vagina
1.    Definisi
Distosia vagina adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang dikarenakan adanya kelainan pada vagina yang menghalangi lancarnya persalinan.


Distosia dapat disebabkan karena kelainan his (hi hipotonik dan his hiper tonik), karena kelainan besar anak, bentuk anak (hidrocefalus, kmbar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang, letak melintang), serta karena kelainan jalan lahir.

2.    Etiologi
Struktur  vagina  yang kongenital biasanya tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
Tumor vagina dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janian pervaginam, adanya tumor vagina bisa menyebabkan persalianan pervaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko tergantung dari jenis dan besarnya tumor, perlu dipertimbangkanapakah persalianan dapat berlangsung pervaginam atau harus diselesaikan dengan seksio caesaria.
Kelainan-kelainan itu umumnya terjadi secara bawaan  akibat gangguan saat pembentukan dan pertumbuhan vagina. Bisa juga didapat akiabat infeksi, semisal keputihan menahun yang tidak ditangani secara tuntas. Bisa juga karena trauma akibat trauma persalinan di antaranya penonjolan dinding vagina bagian depan ( sistokel), penonjolan dinding vagina bagian belakang (rektokel), pelebaran saluran vagina maupun pelebaran mulut vaginha (introitus vagina) karen adanya ruptura perinei alias perobekan prineum.

3.    Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk persalinan septum tersebut adalah dengan robekan spontan  atau di sayat atau diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni. Sikap bidan dalam kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertikal atau longitudinal pada waktu melakuakan pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan sebagaimana mestinya.

C.  Distosia karena kelainan uterus/servix
1.    Definisi
Distosia serviks uteri adalah terhalangnya kemajuan persalinandisbabkan kelainan serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang-kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelaina yang menyebabkan serviks tidak membuka.

2.    Etiologi
Penyebab distosia serviks adalah adanya kelainan pada letak rahim diantaranya : perut gantung (Abdomen Pendulum), Hyperanteflexio, Retroplexio uteri, Prolapsus Uteri, Mioma Uterus, Kanker Rahim.

3.    Klasifikasi
Ada 5 jenis kelainan pada serviks uteri:
a.    Serviks kaku yakni yaitu suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku.
keadaan ini serinng dijumpai pada primigravida tua, atau karena adanya parut-parut bekas luka atau bekas infeksi atau pada karsinoma serviks.
b.    Kejang atau kaku serviks dibagi 2, dikatakan primer: mungkin disebabkan oleh rasa takut atau pada primi gravida tua atau sebab psikis. Sekunder: oleh karena luka-luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut.
c.    Serviks Gantung (Hanging Servix) adalah suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka. Servix akan menggantung seperti corong.
d.    Serviks Konglumer (conglumeratio cervix)  suatu keadaan dimana ostium uteri internu7m dapat terbuka sampai lengkap sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau membuka. Keadaan ini sering kita jumpai pada wanita dengan prolaps uteri yangmenjadi hamil atau dengan serviks dan portio yang panjang (elongatio seervicisat portionis). Dalam hal ini servik dapat menjadi tipis, namun ostium uteri eksternum tidak membuka atau hanya membuka 5 cm.
e.    Edema serviks, bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai hematoma dan neckrosis  ini merupakan tanda obstruksi. Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir shingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks.

4.    Penanganan
Pada kondisi serviks yang kaku setelah ditegakan diagnosa memang serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan caesar. Jika adanya serviks gantung dalam observasi keadaan tetap begitu dan tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan yanng tepat adalah Caesar.




BAB III
(PENUTUP)

I.          KESIMPULAN
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis namun dalam prakteknya kehamilan juga memiliki potensi untuk terjadinya komplikasi. komplikasi yang terjadi bisa berasal dari ibu maupun janin itu sendiri, yang di sebabkan oleh kehamilan ataupun tidak diantranya :


·      Diabetes Militus
·      Jantung
·      Sistem pencernaan
·      Sistem hematologi
·      Sistem perkemihan
·      Kehamilah dengan infeksi
·      Kehamilan dengan PMS
·      Gangguan jiwa
·      Distosia bahu


Komplikasi ini bisa terjadi saat kehamilan dan persalinan, untuk mencegah komplikasi terjadi tugas kita sebagai seorang bidan untuk screening atau mendeteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 20 Maret 2015

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan


BAB I
(PENDAHULUAN)

I.          LATAR BELAKANG
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah di terima bahwa setiap kehamilan membawa resiko setiap ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilakukan pada tahun 1997 menyatakan dari tahun 1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. klahiran bayi merupakan peristiwa penting bai kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Sebagai bidan, kita beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan keluarga.
Kita juga berada pada posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelahiran untuk memberikan dukungan dan dorongan. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal. Akan tetapi, potensi komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu ada sehingga bidan harus mengamati ibu dan bayi dengan ketat sepanjang kelahiran jika dilihat dari data-data diatas, maka sangat penting bagi kita (bidan) untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini penyulit komplikasi selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan ngka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi.

II.          TUJUAN
1.    Memenuhi tugas dosen
2.    Menambah wawasan serta pengetahuan
3.    Mempermudah dalam mencari referensi
4.    Penunjang belajar

III.          RUMUSAN MASALAH
1.    Mengetahui definisi dari masalah komplikasi kehamilan
2.    Mengetahui penyebab komplikasi kehamilan
3.    Mengetahui prognosis dan komplikasi kehamilan
4.    Mengetahui patofisiologi dari komplikasi kehamilan
5.    Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan komplikasi kehamilan
6.    Mengetahui Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan
7.    Mengetahui Bagaimana Prognosis dan komplikasi kehamilan




BAB II
(PEMBAHASAN)

I.          KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT
1.    DIABETES MILITUS
A.  Definisi
Diabet Militus adalah penyakit kelainan metabolisme dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula dalam tuhuh.
Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil sel-sel dalam kelenjar pankreas yang bekerja menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbon hidrat untuk makanan janin dan persiapan menyusui.

B.  Gejala umum
Sering kencing pada malam hari (polyuria), selalu merasa haus (polydipsia), selalu merasa lapar (polyfagia), selalu merasa lelah atau kekurangan energi, infeksi di kulit, penglihatan menjadi kabur, hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah), glaikosuria (glukosa dalam urine).

C.  Penapisan pada ibu hamil
·      Riwayat kebidanan
-     Beberapa kali keguguran
-     Riwayat IUFD yang tidak di ketahui sebabnya
-     Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
-     Pernah melahirkan bayi >4000 gram
-     Riwayat preeklamsi

·      Riwayat ibu
-     Umur ibu hamil >30 tahun
-     Riwayat DM dalam keluarga
-     Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

D.  Efek pada ibu
Beberapa efek yang terjadi pada ibu adalah preeklamsia, polidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan dengan riwayat SC, trauma persalinan akibat bayi besar.

E.   Efek pada janin
Beberapa efek yang mungkin terjadi pada janin adalah makrosomnia, hipoglikemi (<30 mg/dl) karena hyperinsulinemia dan cadangan glikogen yang kurang, hambatan pertumbuhan, cacat bawaan seperti jantung/ginjal, asfiksia perinatal.

F.   Asuhan yang diberikan
1.    Beritahu pasien bahwa bidan harus bekerja sama dengan dokter yang tepat untuk mengawasi kehamilannya.
2.    Dukungan tambahan selain keluarga dekat pasien, seperti ahli gizi agar mendapat informasi yang tepat.
3.    Pastikan klien harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter spesialis ya ng telah di sarankan untuk mendapatkan perintah dokter yang harus dijalani.
4.    Diet yang baik
5.    Istirahat, hindari penggunaan tenaga yang berlebihan, istirahat di tengan siang seperti tidur siang akan lebih baik.
6.    Pemantauan yang ketat seperti memeriksakan diri ke dokter untuk melihat keadaan ibu dan janin.
7.    Kelahiran dini.

2.    JANTUNG
A.  Definisi
Jantung adalah sebuah pompa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Gerakan jantung terdiri dari kontraksi yaitu sistolik dan pengendoran yaitu diastolik.

B.  Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh kelainan jantun congenial dan penyakit otot jantung. Penyakit jantung pada wanita hamil masih merupakan sebab kematian bari diketahui seperti sesak nafas, syanosis, kelainan nadi, odema, jantung yang berdebar-debar. Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin, janin kemungkinan dilahirkan prematur, bayi lahir dengan apgar rendah. Pada penyakit jantung berat yang di derita ibu hamil dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan juga janin yang di kandungnya.

C.  Klasifikasi
1.    Kelas I : pasien sama sekali tidak perlu membatasi kegiatan fisik.
2.    Kelas II : pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, jika melakukan pekerjaan sehari-hari terasa jantung berdebar-debar dan terjadi angina pektoris.
3.    Kelas III : pasien sangat mudah merasa lelah disertai timbulnya gejala-gejala lain jika melakukan pekerjaan ringan sekalipun.
4.    Kelas IV : pasien memperlihatkan gejala dekompensasi jantung walau dalam istirahat sekali pun.

D.  Asuhan yang di lakukan
Pengobatan tergantung dari klasifikasinya. Kelas I tidak memerlukan pengobatan, kelas II tidak memerlukan pengobatan tetapi hindari kegiatan fisik terutama waktu usia kehamilan 28-32 minggu, kelas III dan IV di rawat di RS dengan pengelolaan bersama kebidanan dan kardiologi.

·      Asuhan kehamilan
-     Konsultasi dan rawat bersama dengan bagian kardiologi di ruang penyakit dalam.
-     Bila rawat jalan, kontrol setiap minggu, tiap kunjungan periksa ke bagian kebidanan dan kardiologi,
-     Istirahat minimal 2 jam waktu siang dan 10 jam waktu malam.
-     Di lakukan pemeriksaan EKG
-     Setelah umur kehamilan 32 minggu, di lakukan pemeriksaan USG.
·      Asuhan persalinan
-     Kala I. Pemantauan ketat terhadap ibu dan janin. Beri oksigen bila terlihat adanya sianosis.
-     Kala II. Proses persalinan tergantung klasifikasi. Pada kelas I persalinan dapat di lakukan secara spontan, kelas II sama saja seperti kelas I, kelas III dan IV sebaiknya mencegah ibu mengedan kemudian kolaborasi dengan dokter untuk pertolongan menggunakan ekstraksi forsep. Selama kala II bagian kardologi harus tetap mendampingi.
·      Asuhan masa nifas
Dalam 24 jam pertama pasca-persalinan, pemantauan tanda dekompensasi tetap dilakukan secara ketat. Bila keadaan pasien stabil, maka boleh pulang setelah 7 hari perawatan dan tetap terkontrol setelah keluar dari RS. Pada masa nifas, kontrasepsi harus di berikan dalam kolaborasi dengan dokter untuk melakukan kontap (tubektomi).




3.    SISTEM PERNAPASAN
Selama kehamilan terjadi sejumlah adaptasi sistem pernapasan dan perubahan fungsi paru yang penting. Secara fisiologi, perubahan ini di perlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari sirkulasi hiperdinamik dan janin. Empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungan dengan fungsi pernafasan sebagai berikut :
a.    Rahim yang membesar karna kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga dada menjadi sempit, gerakan paru terbatas untuk mengambil oksigen selama pernapasan. Untuk mengatasi kekurangan oksigen ini pernapasan menjadi cepat (hiperventilasi).
b.    Perubahan hormonal, terutama hormon progestero yang meningkat selama kehamilan, membuat otot-otot saluran napas menjadi kendor dan mendorong hiperventilasi.
c.    Meningkatnya volume darah dan curah jantung dalam usaha menyelamatkan janin, serta memenuhi kebutuhan metabolik ibu meninggi.
d.    Perubahan imunologi, faktor daya tahan ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit saluran nafas selama hamil. Kadar IgE mungkin naik ata menurun pada seorang wanita hamil.

4.    SISTEM PENCERNAAN
Selama kehamilan saluran cerna dan organ-organ penunjang mengalami perubaha, baik secara anatomi (karena pembesaran uterus) maupun secara fungsional (penurunan gerakan saluran alat cerna).
Gangguan yang seringa terjadi pada sistem pencernaan selama kehamilan adalah sevagai berikut :
a.    Hipersalivasi atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen.
b.    Gangguan yang menyangkut organ lambung juga sering muncul pada ibu hamil, biasa sering di sebut dengan sakit maag atau gastritis.
c.    Akibat rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru akan meningkatkan produksi asam lambung.
d.    Bertambah besarnya janin akan mendesak usus halus yang akan menyebabkan ibu hamil mengalami mual-muntah secara berlebihan, gangguan buang air besar, dan perut kembung.

5.    SISTEM HEMATOLOGY
A.  Definisi
Pada kehamilan terjadi perubahan hematologis nyata. Salah satu perubahan paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit turun (hipervilemia). Wanita hamil renta terhadap berbagai kelainan darah yang mungkin mengenai setiap usia subur. Kelainan tersebut mencakup penyakit kronik yang di diagnose sebelum hamil misal anemia herediter keganasan seperti leukemia dan limpoma.

B.  Perubahan hematologi dalam kehamilan
Perubahan pada volume darah total, volume plasma, dan volume, sel darah merah selama masa kehamilan dan pasca persalinan. Peningkatan volume plasma menyebabkan penurunan kadar haemoglobin mulai pada minggu ke 12 sampai minggu ke 36 yang di antaranya :
1.    Zat Besi
Zat besi dikirimkan secara aktif ke fetus melalui plasenta sehingga bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita anemia jarang mengalami keluhan ini. Jika zat besi  ibu sedikit dan rendah, maka plasenta akan menyaimbangkaan dengan menggunakan cadangan zat besi maternal dan mengirimkan sejumlah yang di butuhkan janin.
2.    Trombosit
Pada kehamilan jumlah trombosit menurun menjelang aterm, tetapi umumnya tetap berada dalam rentang normal. Respon ini bervariasi karena mungkin terjadi peningkatan pertukaran trombosit dan pengaktifan trombosit derajat rendah seiring dengan kemajuan kehamilan sehingga proporsi trombosit muda yang volume lebih besar meningkat.
3.    Sistem pembekuan darah
Waktu perdarahaan pada kehamilan menurun sekitar 30% karena rasio factor pembekuan dan fibrinolitik berubah. Terjadi pembekuan umum terutama pada akhir kehamilan. Perubahan merupakan kompensasi sebagai persiapan persalinan.
4.    Perubahan Vaskular Lokal
Dalam sirkulasi darah ½ nya berda dalam tungkai bawah. Sebagian besar wanita mengalami edema di tungkai bawah akibat kombinasi hormon progesterone yang melemaskan tonus vascular, terhambatnya aliran balik vena oleh uterus yang membesar dan gaya gravitasi. Efek dari peningkatan tekanan vena adalah meningkatnya insiden dan keparahan varices di tungkai, vulva, dan hemoroid.


6.    SISTEM PERKEMIHAN
Pada kehamilan terjadi perubahan pada struktur maupun fungsi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih adalah salah satu perubahan anatomi palig signifikan yang timbul oleh kehamilan.
Pada kehamilan juga terjadi perubahan pada fungsi dari saluran kemih, hal ini terjadi karena frekuensi buang air kecil akan bertambah karena tekanan uterus membesar.
Beberapa penyakit sistem perkemihan di antaranya :
a.    Infeksi saluran kemih
b.    Pielonefritis akut
c.    Nefrolitiasis (batu ginjal)
d.    Penyakit ginjal kronik
e.    Gagal ginjal akut



II.          KEHAMILAN DENGAN INFEKSI
1.    RUBELLA
A.  Definisi
Rubella (campak jerman) adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik intrauterin, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Rubella disebabkan oelh virus plemorfis yang mengandung RNA. Tanda dan gejala pada penyakit rubella yaitu :
a.    Demam ringan, pusing, mata merah
b.    Sakit tenggorokan
c.    Ruam kulit setelah demam turun
d.    Kelenjar limfe membengkak
e.    Fotofobia
f.      Abortus spontan
g.    Pada ibu hamil kadang tanpa gejala

B.  Dampak pada kehamilan
Infeksi rubella congenital dapat menyebabkan syndrom rubella kongenital yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi).
b.    Katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan bola mata yang kecil.
c.    Kelainan jantung bawaan.
d.    Hilangnya fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran.
e.    Radang otak dan selaput otak.




C.  Pengobatan infeksi Rubella
Tidak ada obat spesifik untuk pengoatan virus rubella. Obat yang di berikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan. Bayi yang lahir dengan sindrom kongenital, biasanya harus di tangani dengan seksama oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang di derita akibat infeksi kongenital, semakin besar pula pengaruhnya pada proses perumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya infeksi rubella kongenital di pastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM rubella pada darah bayi.

D.  Pencegahan penularan virus Rubella
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan virus rubella adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat di berikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella). Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai anti boditerhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.

2.    HEPATITIS
A.  Definisi
Peradangan hati karna di sertai berbagai hal sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan di sebut “Hepatitis akut”, sedangkan hepatitis yang lebih dari 6 bulan di sebut “Hepatitis kronis”. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis yang di antaranya hepatitis A, hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis akut biasa disebut dengan hepatitis A, tetapi hepatitis kronis dan bisa juga menyebabkan kangker adalah hepatitis B dan hepatitis C.
B.  Gejala
Hepatitis kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita, di antaranya :
a.    Kuning
b.    Mual
c.    Muntah
d.    Hilangnya nafsu makan
e.    Nyeri perut kanan atas.
f.      Diagnosis di tegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik.
Cara penularan hepatitis adalah sebagai berikut :
a.    Secara vertikal dari ibu ke janin
b.    Hubungan seksual
c.    Penggunaan jarum suntik bersama
d.    Tranfusi darah
e.    Kontak udara

C.  Pencegahan
HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi.
Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
III.          KEHAMILAN DENGAN PMS
1.    GONORHOE
A.  Definisi
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata dan bagian tubuh lain.

B.  Etilogi
Gonorhoe disebabkan oleh gonokok yang dimasukan ke dalam kelompok Neiserria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 µ, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif gram, tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terkena infeksi adalah pada vagina wanita sebelum pubertas.

C.  Komplikasi
Infeksi pada serviks (Servisitis Gonorhoe), salpingitis, infertilitas, infeksi pada uretra dapat terjadi pada uretritis, kelenjar bartholoni, adanya kemungkinan lahirnya prematur, infeksi neonatal dan keguguran, adanya sepsis pada BBL. Pada janin dan BBL dapat berakibat kebutaan, untuk mencegah kebutaan semua bayi yang lahir biasanya di berikan obat tetes mata untuk pengobatan gonorhoe. Pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah, penyakit sistemik seperti meningitis dan artritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.





D.  Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiclin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sevalosporin (seftriaxon 250mg secara IM) sebagai dosis tunggal. Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sevalosporin tidak dapat di toleransi sebaiknya di berikan spektinomisin 2 gr secara IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga di berikan amoxilin 2gr atau 3gr oral dengan tambahan probenesid 1gr oral.

E.   Pencegahan
a.    Tidak melakukan hubungan seksual baik vagina, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi.
b.    Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan penyakit ini.
c.    Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d.    Sarankan juga pasangan seksual kita di periksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.

2.    SIFILIS
A.  Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi  penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.

B.  Peyebab
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan seeksual dan oral sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi nanah dekat kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia kadang berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat dilihat dan dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah dan wajah.
Pada wanita hamil sifilis dapat ditularkan pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian dalam rahim. Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.

C.  Klasifikasi
1.    Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
2.    Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu seperti demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu.
3.    Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati para penderita akan mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala penyakit akan menghilang namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh. Ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
4.    Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.




D.  Penanganan dokter
1.    Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2.    Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit.
3.    Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9 juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu. Penisilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.

Apabila penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.

3.    HIV/AIDS
A.  Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus. Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara penularan HIV/AIDS :
1.    Hubungan sexual
2.    Transfusi darah/tertusuk jarum
3.    Terpapar mukosa kulit
Tranmisi dari ibu ke janin: selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).

B.  Gejala
Gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1.    Mayor
a.    BB turun 10% dalam 1 bulan
b.    Diare kronik > 1 bulan
c.    Demam > 1 bulan
d.    Kesadaran turun dan gangguan neurologi
e.    Ensefalopati HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2.    Minor
a.    Batuk menetap > 1 bulan
b.    Dermatitis generalisata gatal
c.    Herpes zooster yang berulang
d.    Kandidiasis orofaring
e.    Herpes simpleks kronik progresif
f.      Limpadenopati generalisata
g.    Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

C.  Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada ibu hamil yang di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun 6 bulan terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan AZT melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral (ARV), menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui penggunaan ARV : resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularaan ini : AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi 1 minggu setelah lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian 1 tablet lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.

D.  Penanganan persalinan
1.    Wanita hamil dengan HIV
ZDV dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg atau 3x 200 mg
2.    Persalinan
Pada saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3.    Bayi
Bayi dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama 6 minggu setelah melahirkan.
IV.          KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN JIWA
1.    DEPRESI
A.  Definisi
Depresi dalam kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya yang muncul pada hari 1 sampai 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Pada hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kejailan.
Depresi pada kehamilan akan bisa bisa dihindarkan melalui dukungan psikologis yang kuat dari keluarga, memberikan kasih sayang dan empati pada masa kehamilan awal mereka.
Dukungan psikologis dan perhatian akan memerikan dampak signifikan pada kehidupan sosial seperti (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati)

B.  Faktor
Beberapa faktor utama penyebab depresi :
·        Kehamilan yang tidak diharapkan
·        Hamil diluar nikah
·        Faktor ekonomi
·        Faktor ketidak bahagiaan dalam rumah
·        Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga







C.  Gejala
Beberapa gejala depresi :
·        Menunjukan lebih banyak mengeluarkan air mata dibandingkan senyum
·        Tidak mau makan dan minum
·        Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
·        Jarang mengontrol kehamilan
·        Tidak melakukan perisiapan untuk menyambut bayi yang akan lahir

D.  Pengaruh terhadap kehamilan
Dampak pengaruh depresi terhadap kehamilan :
·        Timbulnya gangguan pada janin yang masih dikandungan
·        Munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak

2.    PSIKOSA
A.  Definisi
Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampuu lagi menyesesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar an berlaku umum.

B.  Tanda dan gejala
·        Tidak mampu melakukan partisipasi sosial halusinasi.
·        Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi halusinasi.
·        Sosialnya membahayakan diri sendiri dan orang lain.
·        Adanya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasia.



C.  Jenis psikosa
1.    Skizofrenia
Merupakan jenis psikosa yang sering dijumpai. Skizofernia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
·      Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
·      Menurunnya autonium yang mungkin disebkan infeksi selama hamil.
·      Komplikasi kehamilan.
Proses penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil :
·      Wanita yang datang dengan psikosis harus dirawat di rumah sakit bila rawat jalan tidak memungkinkan.
·      Diberikan obat antipsikotik.
·      Terapi elektrokompulsif.

2.    Paranoid
Ditandai dengan adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Cara pencegahan yang dapat dilakukan penderita psikosa :
·        ANC rutin
·        Nutrisi
·        Aktivitas
·        Relaksasi
·        Senam hamil

3.    PSIKONEUROSA
A.  Definisi
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya. Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu keglainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan) oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya tinggi.

B.  Gejala
·      Penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya.
·      Tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula dirinya sendiri.
·      Ketakutan terus-menerus dan sering tidak rasional. Misalnya bagi ibu hamil, takut memikirkan sakitnya melahirkan.



V.          KELAINAN LETAK JANIN DALAM RAHIM
1.    PUNCAK KEPALA
A.  Definisi
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.

B.  Diagnosis
·      Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
·      Di atas panggul teraba kepala
·      Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang berlawanan.
·      Di fundus uteri teraba bokong.
·      DJJ terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin.
·      Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul
·      Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduannya sama tinggi didalam panggul.

C.  Etiologi
·      Kelainan panggul
·      Kepala berbentuk bulat
·      Anak kecil/mati
·      Kerusakan dasar panggul




D.  Komplikasi
·      Pada Ibu:  Robekan jalan lahir yang lebih luas.
·      Pada Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

2.    LETAK DAHI
A.  Definisi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.

B.  Etiologi
·      Panggul sempit
·      Janin besar
·      Multiparitas
·      Kelainan janin (Anansefalus)
·      Kematian janin intra uterin

C.  Diagnosa
·     Pemeriksaan luar  seperti pada presentasi muka, tapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
·     DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
·     Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
·     Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.

D.  Komplikasi
·      Pada Ibu: Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
·      Pada Anak: Mortalitas janin tinggi

3.    LETAK MUKA
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung, bila muka sudah masuk kedalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan harus di lakukan dengan hati-hati, sehingga tidak melukai mata dan mulut. Hal ini disebabkan karna keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu janin tidak dapat lahir spontan kecuali bila janin kecil atau mati. Umumnya bila terdapat letak muka segera di lakukan SC disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin, penolong akan meraba muka, mulut, hidung dan pipi.
Etiologinya yaitu panggul sempit, janin besar, multiparitas, perut gantung, anencephal, tumor dileher, lilitan tali pusat, dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka dengan dagu anterior dan posterior, sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan persalinan terjadinya fleksi.



4.    PERSISTEN OKSIPITO POSTERIOR
Posisi dimana ubun-ubun kecil tidak berputar ke depan, sehingga tetap berada di belakang disebabkan karena usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Mekanisme persalinannya dapat berlangsung spontan tetapi pada umumnya lebih lama, dan sulit untuk di ramalkan, karena kemungkinan adanya penyulitpun selalu ada, di tambah kemungkinan kerusakan jalan lahir besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila di bandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil berada di depan. Oleh sebab itu persalinan dapat ditangani vakum atau cunam. Rotasi secara spontan terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu bila kepala janin tidak rotasi atau turun, pada persalinan dapat terjadi robekan perinium yang luas atau tidak teratur, etiologi usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul, pada diameter anterior posterior lebih besar tranversa pada panggul antropoid, atau sekmen depan menyempit seperti pada panggul android, ubun-ubun kecil akan sulit memutar kedepan, sebab lain otot-otot panggung lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.




VI.          KONSEP DASAR DISTOSIA
A.  Definisi
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga /his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Penyebab: sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering di jumpai pada multi gravida; faktor herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting; salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemeberian obat-obatan seperti oxyticin dan obat-obatan penenang; penanganan Distosia kelainan tenaga/his, bila dijumpai pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya. Pada partus yang telah berlangsunng lama atau berikan regim rehidrasi.
a.    Infus dextrosa 5% atau larutan garam fisiologis 1liter dalam 1 jam  pertama.
b.    Bila his yang menyebabkan rasa sakit yang  berlebihan berikan injeksi petidin 50 mg.
c.    Berikan anti biotik secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.

B.  Distosia kelainan tenaga/his
1.    His Hipotonik
Adalah his yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang di bandingkan  dengan his yang  normal, inersia  uteri dibagi 2 keadaan primer dan sekunder.
Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama maka diagnosis ini akan lebih mudah ditegakan.
Penangananan inersia Uteri:
·      Periksa keadaan serviks, presentasi dan kondisi janin, penurunan bagian terbawah janin, dan keadaan panggul kemudian buat tindakan dan rencana
·      Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam dextr4osa 5%(12 tetes/mnit) kemudian naikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/mnit
·      Bila his tidak kuat oksitosin drips di stop kemudian berikan obat penenang
·      Valium 10 mg
·      Bila disertai dengan disproporsi  Cephalofelvis kemudian tindakan SC
·      HIS kuat menyebabkan inersia uteri sekunder dengan KU ibu lemah dan partus telah berlangsung 24 jam Primi dan 18 jam multi, lakuakan SC.

2.    His hipertonik
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga  tidak ada relaksasi. Penanganannya: berikan obat seperti morpin, luminal, dsb. Kemudaian janian tidak lahir dalam waktu dekat (4-6 jam),  bila ada tanda-tanda obstruksi lakuakan SC, bila partus presipitaus tidak banyak yang bisa dilakuakan karena lahir tiba-toiba dan cepat.

3.    His yang tidak terkoordinasi
Adalah sifat his yang berubah-ubah  tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Penangannya: berikan (sedativa dan analgetik) seperti morpin, petidin dan valium; apabila persalianan sudah berlangsung  lama dan berlarut-larut lakuakan EK, Forcep/SC.




VII.          DISTOSIA KELAINAN ALAT KANDUNGAN
A.  Distosia karena kelainan vulva
1.    Definisi
Distosia vulva adalah  persalian aynag sulit diesnbabkan karena atresia vulvae tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya karena radang atau trauma (Sulaeman, 184).

2.    Etiologi
Edema vulva dijumpai pada pre-eklampsia dan gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama atau persalinan terlantar. Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama  dinding pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat pengaruh hormone steroid.
Stenosis vulva dijumpai sebagai akibat parut yang kaku atau dapat mengecilkan vulva (stenosis). Dengan episiotomi persaliana akan berjalan  lancar. Peradangan vulva sering brsamaan  dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik seperti sifilis, Gonorea, Trikomoniasis, Kandidasis dan amebiasis dan infeksi  tidak spesifik seperti eksema, diabetes militus, bhatolinitis, abses, dan kista bhartolini.
Tumor vulva dapat berupa abses Bhartolinii atau kista atau suatu Kandilomata, karena tidak terlalu besar tidak akan menghalangi persalinan.

B.  Distosia karena kelainan vagina
1.    Definisi
Distosia vagina adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang dikarenakan adanya kelainan pada vagina yang menghalangi lancarnya persalinan.


Distosia dapat disebabkan karena kelainan his (hi hipotonik dan his hiper tonik), karena kelainan besar anak, bentuk anak (hidrocefalus, kmbar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang, letak melintang), serta karena kelainan jalan lahir.

2.    Etiologi
Struktur  vagina  yang kongenital biasanya tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
Tumor vagina dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janian pervaginam, adanya tumor vagina bisa menyebabkan persalianan pervaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko tergantung dari jenis dan besarnya tumor, perlu dipertimbangkanapakah persalianan dapat berlangsung pervaginam atau harus diselesaikan dengan seksio caesaria.
Kelainan-kelainan itu umumnya terjadi secara bawaan  akibat gangguan saat pembentukan dan pertumbuhan vagina. Bisa juga didapat akiabat infeksi, semisal keputihan menahun yang tidak ditangani secara tuntas. Bisa juga karena trauma akibat trauma persalinan di antaranya penonjolan dinding vagina bagian depan ( sistokel), penonjolan dinding vagina bagian belakang (rektokel), pelebaran saluran vagina maupun pelebaran mulut vaginha (introitus vagina) karen adanya ruptura perinei alias perobekan prineum.

3.    Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk persalinan septum tersebut adalah dengan robekan spontan  atau di sayat atau diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni. Sikap bidan dalam kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertikal atau longitudinal pada waktu melakuakan pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan sebagaimana mestinya.

C.  Distosia karena kelainan uterus/servix
1.    Definisi
Distosia serviks uteri adalah terhalangnya kemajuan persalinandisbabkan kelainan serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang-kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelaina yang menyebabkan serviks tidak membuka.

2.    Etiologi
Penyebab distosia serviks adalah adanya kelainan pada letak rahim diantaranya : perut gantung (Abdomen Pendulum), Hyperanteflexio, Retroplexio uteri, Prolapsus Uteri, Mioma Uterus, Kanker Rahim.

3.    Klasifikasi
Ada 5 jenis kelainan pada serviks uteri:
a.    Serviks kaku yakni yaitu suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku.
keadaan ini serinng dijumpai pada primigravida tua, atau karena adanya parut-parut bekas luka atau bekas infeksi atau pada karsinoma serviks.
b.    Kejang atau kaku serviks dibagi 2, dikatakan primer: mungkin disebabkan oleh rasa takut atau pada primi gravida tua atau sebab psikis. Sekunder: oleh karena luka-luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut.
c.    Serviks Gantung (Hanging Servix) adalah suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka. Servix akan menggantung seperti corong.
d.    Serviks Konglumer (conglumeratio cervix)  suatu keadaan dimana ostium uteri internu7m dapat terbuka sampai lengkap sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau membuka. Keadaan ini sering kita jumpai pada wanita dengan prolaps uteri yangmenjadi hamil atau dengan serviks dan portio yang panjang (elongatio seervicisat portionis). Dalam hal ini servik dapat menjadi tipis, namun ostium uteri eksternum tidak membuka atau hanya membuka 5 cm.
e.    Edema serviks, bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai hematoma dan neckrosis  ini merupakan tanda obstruksi. Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir shingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks.

4.    Penanganan
Pada kondisi serviks yang kaku setelah ditegakan diagnosa memang serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan caesar. Jika adanya serviks gantung dalam observasi keadaan tetap begitu dan tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan yanng tepat adalah Caesar.




BAB III
(PENUTUP)

I.          KESIMPULAN
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis namun dalam prakteknya kehamilan juga memiliki potensi untuk terjadinya komplikasi. komplikasi yang terjadi bisa berasal dari ibu maupun janin itu sendiri, yang di sebabkan oleh kehamilan ataupun tidak diantranya :


·      Diabetes Militus
·      Jantung
·      Sistem pencernaan
·      Sistem hematologi
·      Sistem perkemihan
·      Kehamilah dengan infeksi
·      Kehamilan dengan PMS
·      Gangguan jiwa
·      Distosia bahu


Komplikasi ini bisa terjadi saat kehamilan dan persalinan, untuk mencegah komplikasi terjadi tugas kita sebagai seorang bidan untuk screening atau mendeteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar