BAB
I
(PENDAHULUAN)
I.
LATAR
BELAKANG
Kehamilan dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah di terima
bahwa setiap kehamilan membawa resiko setiap ibu. WHO memperkirakan sekitar 15%
dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000
wanita hamil di indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi atau
masalah yang bisa menjadi fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilakukan
pada tahun 1997 menyatakan dari tahun 1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran
hidup mengalami komplikasi. klahiran bayi merupakan peristiwa penting bai
kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Sebagai bidan, kita beruntung dapat
berbagi peristiwa ini dengan keluarga.
Kita juga berada pada posisi yang unik
untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan
menemani ibu dalam proses kelahiran untuk memberikan dukungan dan dorongan.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal.
Akan tetapi, potensi komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu ada
sehingga bidan harus mengamati ibu dan bayi dengan ketat sepanjang kelahiran
jika dilihat dari data-data diatas, maka sangat penting bagi kita (bidan) untuk
mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini penyulit komplikasi selama masa
kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan ngka mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi.
II.
TUJUAN
1. Memenuhi
tugas dosen
2. Menambah
wawasan serta pengetahuan
3. Mempermudah
dalam mencari referensi
4. Penunjang
belajar
III.
RUMUSAN
MASALAH
1. Mengetahui
definisi dari masalah komplikasi kehamilan
2. Mengetahui
penyebab komplikasi kehamilan
3. Mengetahui
prognosis dan komplikasi kehamilan
4. Mengetahui
patofisiologi dari komplikasi kehamilan
5. Mengetahui
Bagaimana Pemeriksaan komplikasi kehamilan
6. Mengetahui
Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan
7. Mengetahui
Bagaimana Prognosis dan komplikasi kehamilan
BAB
II
(PEMBAHASAN)
I.
KEHAMILAN
DISERTAI PENYAKIT
1.
DIABETES
MILITUS
A. Definisi
Diabet Militus adalah penyakit kelainan
metabolisme dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan
tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita DM tidak bisa memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula dalam tuhuh.
Kekurangan insulin disebabkan adanya
kerusakan sebagian kecil sel-sel dalam kelenjar pankreas yang bekerja
menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin
dan karbon hidrat untuk makanan janin dan persiapan menyusui.
B. Gejala umum
Sering kencing pada malam hari
(polyuria), selalu merasa haus (polydipsia), selalu merasa lapar (polyfagia),
selalu merasa lelah atau kekurangan energi, infeksi di kulit, penglihatan
menjadi kabur, hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam
darah), glaikosuria (glukosa dalam urine).
C. Penapisan pada ibu hamil
· Riwayat
kebidanan
- Beberapa
kali keguguran
- Riwayat
IUFD yang tidak di ketahui sebabnya
- Riwayat
pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
- Pernah
melahirkan bayi >4000 gram
- Riwayat
preeklamsi
· Riwayat
ibu
- Umur
ibu hamil >30 tahun
- Riwayat
DM dalam keluarga
- Infeksi
saluran kemih berulang-ulang selama hamil
D. Efek pada ibu
Beberapa efek yang terjadi pada ibu
adalah preeklamsia, polidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan dengan
riwayat SC, trauma persalinan akibat bayi besar.
E.
Efek
pada janin
Beberapa efek yang mungkin terjadi pada
janin adalah makrosomnia, hipoglikemi (<30 mg/dl) karena hyperinsulinemia
dan cadangan glikogen yang kurang, hambatan pertumbuhan, cacat bawaan seperti
jantung/ginjal, asfiksia perinatal.
F.
Asuhan
yang diberikan
1. Beritahu
pasien bahwa bidan harus bekerja sama dengan dokter yang tepat untuk mengawasi
kehamilannya.
2. Dukungan
tambahan selain keluarga dekat pasien, seperti ahli gizi agar mendapat
informasi yang tepat.
3. Pastikan
klien harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter spesialis ya ng telah di
sarankan untuk mendapatkan perintah dokter yang harus dijalani.
4. Diet
yang baik
5. Istirahat,
hindari penggunaan tenaga yang berlebihan, istirahat di tengan siang seperti
tidur siang akan lebih baik.
6. Pemantauan
yang ketat seperti memeriksakan diri ke dokter untuk melihat keadaan ibu dan
janin.
7. Kelahiran
dini.
2.
JANTUNG
A. Definisi
Jantung adalah sebuah pompa yang
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Gerakan jantung terdiri dari kontraksi
yaitu sistolik dan pengendoran yaitu diastolik.
B. Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh
kelainan jantun congenial dan penyakit otot jantung. Penyakit jantung pada
wanita hamil masih merupakan sebab kematian bari diketahui seperti sesak nafas,
syanosis, kelainan nadi, odema, jantung yang berdebar-debar. Penyakit jantung
pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin, janin kemungkinan dilahirkan
prematur, bayi lahir dengan apgar rendah. Pada penyakit jantung berat yang di
derita ibu hamil dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan juga janin yang di
kandungnya.
C. Klasifikasi
1. Kelas
I : pasien sama sekali tidak perlu membatasi kegiatan fisik.
2. Kelas
II : pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, jika melakukan pekerjaan
sehari-hari terasa jantung berdebar-debar dan terjadi angina pektoris.
3. Kelas
III : pasien sangat mudah merasa lelah disertai timbulnya gejala-gejala lain
jika melakukan pekerjaan ringan sekalipun.
4. Kelas
IV : pasien memperlihatkan gejala dekompensasi jantung walau dalam istirahat
sekali pun.
D. Asuhan yang di lakukan
Pengobatan tergantung dari
klasifikasinya. Kelas I tidak memerlukan pengobatan, kelas II tidak memerlukan
pengobatan tetapi hindari kegiatan fisik terutama waktu usia kehamilan 28-32
minggu, kelas III dan IV di rawat di RS dengan pengelolaan bersama kebidanan
dan kardiologi.
· Asuhan
kehamilan
- Konsultasi
dan rawat bersama dengan bagian kardiologi di ruang penyakit dalam.
- Bila
rawat jalan, kontrol setiap minggu, tiap kunjungan periksa ke bagian kebidanan
dan kardiologi,
- Istirahat
minimal 2 jam waktu siang dan 10 jam waktu malam.
- Di
lakukan pemeriksaan EKG
- Setelah
umur kehamilan 32 minggu, di lakukan pemeriksaan USG.
· Asuhan
persalinan
- Kala
I. Pemantauan ketat terhadap ibu dan janin. Beri oksigen bila terlihat adanya
sianosis.
- Kala
II. Proses persalinan tergantung klasifikasi. Pada kelas I persalinan dapat di
lakukan secara spontan, kelas II sama saja seperti kelas I, kelas III dan IV
sebaiknya mencegah ibu mengedan kemudian kolaborasi dengan dokter untuk
pertolongan menggunakan ekstraksi forsep. Selama kala II bagian kardologi harus
tetap mendampingi.
· Asuhan
masa nifas
Dalam
24 jam pertama pasca-persalinan, pemantauan tanda dekompensasi tetap dilakukan
secara ketat. Bila keadaan pasien stabil, maka boleh pulang setelah 7 hari
perawatan dan tetap terkontrol setelah keluar dari RS. Pada masa nifas,
kontrasepsi harus di berikan dalam kolaborasi dengan dokter untuk melakukan
kontap (tubektomi).
3.
SISTEM
PERNAPASAN
Selama kehamilan terjadi sejumlah
adaptasi sistem pernapasan dan perubahan fungsi paru yang penting. Secara
fisiologi, perubahan ini di perlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari
sirkulasi hiperdinamik dan janin. Empat faktor penting yang terjadi dalam
kehamilan yang erat hubungan dengan fungsi pernafasan sebagai berikut :
a. Rahim
yang membesar karna kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga
dada menjadi sempit, gerakan paru terbatas untuk mengambil oksigen selama
pernapasan. Untuk mengatasi kekurangan oksigen ini pernapasan menjadi cepat
(hiperventilasi).
b. Perubahan
hormonal, terutama hormon progestero yang meningkat selama kehamilan, membuat
otot-otot saluran napas menjadi kendor dan mendorong hiperventilasi.
c. Meningkatnya
volume darah dan curah jantung dalam usaha menyelamatkan janin, serta memenuhi
kebutuhan metabolik ibu meninggi.
d. Perubahan
imunologi, faktor daya tahan ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya
penyakit saluran nafas selama hamil. Kadar IgE mungkin naik ata menurun pada
seorang wanita hamil.
4.
SISTEM
PENCERNAAN
Selama kehamilan saluran cerna dan
organ-organ penunjang mengalami perubaha, baik secara anatomi (karena
pembesaran uterus) maupun secara fungsional (penurunan gerakan saluran alat
cerna).
Gangguan yang seringa terjadi pada sistem
pencernaan selama kehamilan adalah sevagai berikut :
a. Hipersalivasi
atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen.
b. Gangguan
yang menyangkut organ lambung juga sering muncul pada ibu hamil, biasa sering
di sebut dengan sakit maag atau gastritis.
c. Akibat
rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru
akan meningkatkan produksi asam lambung.
d. Bertambah
besarnya janin akan mendesak usus halus yang akan menyebabkan ibu hamil
mengalami mual-muntah secara berlebihan, gangguan buang air besar, dan perut
kembung.
5.
SISTEM
HEMATOLOGY
A. Definisi
Pada kehamilan terjadi perubahan
hematologis nyata. Salah satu perubahan paling bermakna adalah ekspansi volume
darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit
turun (hipervilemia). Wanita hamil renta terhadap berbagai kelainan darah yang
mungkin mengenai setiap usia subur. Kelainan tersebut mencakup penyakit kronik
yang di diagnose sebelum hamil misal anemia herediter keganasan seperti
leukemia dan limpoma.
B. Perubahan hematologi dalam
kehamilan
Perubahan pada volume darah total,
volume plasma, dan volume, sel darah merah selama masa kehamilan dan pasca
persalinan. Peningkatan volume plasma menyebabkan penurunan kadar haemoglobin
mulai pada minggu ke 12 sampai minggu ke 36 yang di antaranya :
1. Zat
Besi
Zat
besi dikirimkan secara aktif ke fetus melalui plasenta sehingga bayi yang
dilahirkan oleh ibu penderita anemia jarang mengalami keluhan ini. Jika zat
besi ibu sedikit dan rendah, maka
plasenta akan menyaimbangkaan dengan menggunakan cadangan zat besi maternal dan
mengirimkan sejumlah yang di butuhkan janin.
2. Trombosit
Pada
kehamilan jumlah trombosit menurun menjelang aterm, tetapi umumnya tetap berada
dalam rentang normal. Respon ini bervariasi karena mungkin terjadi peningkatan
pertukaran trombosit dan pengaktifan trombosit derajat rendah seiring dengan
kemajuan kehamilan sehingga proporsi trombosit muda yang volume lebih besar
meningkat.
3. Sistem
pembekuan darah
Waktu
perdarahaan pada kehamilan menurun sekitar 30% karena rasio factor pembekuan
dan fibrinolitik berubah. Terjadi pembekuan umum terutama pada akhir kehamilan.
Perubahan merupakan kompensasi sebagai persiapan persalinan.
4. Perubahan
Vaskular Lokal
Dalam
sirkulasi darah ½ nya berda dalam tungkai bawah. Sebagian besar wanita
mengalami edema di tungkai bawah akibat kombinasi hormon progesterone yang
melemaskan tonus vascular, terhambatnya aliran balik vena oleh uterus yang
membesar dan gaya gravitasi. Efek dari peningkatan tekanan vena adalah meningkatnya
insiden dan keparahan varices di tungkai, vulva, dan hemoroid.
6.
SISTEM
PERKEMIHAN
Pada kehamilan terjadi perubahan pada
struktur maupun fungsi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih adalah salah satu
perubahan anatomi palig signifikan yang timbul oleh kehamilan.
Pada kehamilan juga terjadi perubahan
pada fungsi dari saluran kemih, hal ini terjadi karena frekuensi buang air
kecil akan bertambah karena tekanan uterus membesar.
Beberapa penyakit sistem perkemihan di
antaranya :
a. Infeksi
saluran kemih
b. Pielonefritis
akut
c. Nefrolitiasis
(batu ginjal)
d. Penyakit
ginjal kronik
e. Gagal
ginjal akut
II.
KEHAMILAN
DENGAN INFEKSI
1.
RUBELLA
A. Definisi
Rubella (campak jerman) adalah infeksi
virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik intrauterin, mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan janin. Rubella disebabkan oelh virus plemorfis yang mengandung
RNA. Tanda dan gejala pada penyakit rubella yaitu :
a. Demam
ringan, pusing, mata merah
b. Sakit
tenggorokan
c. Ruam
kulit setelah demam turun
d. Kelenjar
limfe membengkak
e. Fotofobia
f. Abortus
spontan
g. Pada
ibu hamil kadang tanpa gejala
B. Dampak pada kehamilan
Infeksi rubella congenital dapat
menyebabkan syndrom rubella kongenital yang terdiri atas hal-hal sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan
janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi).
b. Katarak
yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa
mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya
disertai dengan bola mata yang kecil.
c. Kelainan
jantung bawaan.
d. Hilangnya
fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran.
e. Radang
otak dan selaput otak.
C. Pengobatan infeksi Rubella
Tidak ada obat spesifik untuk pengoatan
virus rubella. Obat yang di berikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala
yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang
timbul adalah sangat ringan. Bayi yang lahir dengan sindrom kongenital,
biasanya harus di tangani dengan seksama oleh para ahli. Semakin banyak
kelainan bawaan yang di derita akibat infeksi kongenital, semakin besar pula
pengaruhnya pada proses perumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya infeksi
rubella kongenital di pastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi
lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM rubella pada darah bayi.
D. Pencegahan penularan virus Rubella
Cara yang paling efektif untuk mencegah
penularan virus rubella adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi
yang dapat di berikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR
(Measles, Mumps, Rubella). Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif
yang belum mempunyai anti boditerhadap virus rubella amatlah penting untuk
mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian
imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.
2.
HEPATITIS
A. Definisi
Peradangan hati karna di sertai berbagai
hal sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan di sebut “Hepatitis
akut”, sedangkan hepatitis yang lebih dari 6 bulan di sebut “Hepatitis kronis”.
Virus hepatitis juga ada beberapa jenis yang di antaranya hepatitis A,
hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis akut biasa disebut dengan hepatitis A,
tetapi hepatitis kronis dan bisa juga menyebabkan kangker adalah hepatitis B
dan hepatitis C.
B. Gejala
Hepatitis kadang tidak disadari karena
hanya menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami tanda dan
gejala yang mungkin muncul pada penderita, di antaranya :
a. Kuning
b. Mual
c. Muntah
d. Hilangnya
nafsu makan
e. Nyeri
perut kanan atas.
f. Diagnosis
di tegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik.
Cara penularan hepatitis adalah sebagai
berikut :
a. Secara
vertikal dari ibu ke janin
b. Hubungan
seksual
c. Penggunaan
jarum suntik bersama
d. Tranfusi
darah
e. Kontak
udara
C. Pencegahan
HBIG
diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis
B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan
vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi
yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi.
Selain itu,
gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang
buruk mempermudah penularan hepatitis virus.
Untuk kehamilan berikutnya
hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan
syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium
telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap
dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam
bulan kemudian.
III.
KEHAMILAN
DENGAN PMS
1.
GONORHOE
A. Definisi
Penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria Gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau
bagian putih mata dan bagian tubuh lain.
B. Etilogi
Gonorhoe disebabkan oleh gonokok yang
dimasukan ke dalam kelompok Neiserria,
sebagai Neisseria Gonorrhoeae.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 µ, dan
bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif gram, tampak diluar dan
didalam leukosit, tidak tahan udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan suhu diatas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang
paling mudah terkena infeksi adalah pada vagina wanita sebelum pubertas.
C. Komplikasi
Infeksi pada serviks (Servisitis
Gonorhoe), salpingitis, infertilitas, infeksi pada uretra dapat terjadi pada
uretritis, kelenjar bartholoni, adanya kemungkinan lahirnya prematur, infeksi
neonatal dan keguguran, adanya sepsis pada BBL. Pada janin dan BBL dapat berakibat
kebutaan, untuk mencegah kebutaan semua bayi yang lahir biasanya di berikan
obat tetes mata untuk pengobatan gonorhoe. Pembengkakan pada kedua kelopak
matanya dan dari matanya keluar nanah, penyakit sistemik seperti meningitis dan
artritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.
D. Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan
obat golongan kuinolon dan tetrasiclin. Yang direkomendasikan adalah pemberian
obat golongan sevalosporin (seftriaxon 250mg secara IM) sebagai dosis tunggal.
Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sevalosporin tidak dapat di
toleransi sebaiknya di berikan spektinomisin 2 gr secara IM sebagai dosis
tunggal. Pada wanita hamil juga di berikan amoxilin 2gr atau 3gr oral dengan
tambahan probenesid 1gr oral.
E.
Pencegahan
a. Tidak
melakukan hubungan seksual baik vagina, anal, dan oral dengan orang yang
terinfeksi.
b. Pemakaian
kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko
penularan penyakit ini.
c. Hindari
hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d. Sarankan
juga pasangan seksual kita di periksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan
mencegah penularan.
2.
SIFILIS
A. Definisi
Sifilis atau raja singa
adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun
frekuensi penyakit ini mulai menurun,
tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh
organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat di tularkan oleh
ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.
B. Peyebab
Penyebab sifilis adalah
masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang disebut Troponema Pollidium.
Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu kadang sampai 13 minggu, kemudian
timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini menular melalui hubungan
seeksual dan oral sex. Pada laki-laki biasanya terdapat bisul-bisul yang berisi
nanah dekat kepala penis, sedangkan pada wanita bisul-bisul itu ada pada labia
kadang berada di vagina bagian dalam, karena bisul-bisul itu tidak dapat
dilihat dan dirasakan kadang-kadang juga muncul di mulut, payudara, jari-jari,
lidah dan wajah.
Pada wanita hamil sifilis
dapat ditularkan pada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan
kulit, hati, limfa,keterbelakangan mental, kelahiran prematur atau kematian
dalam rahim. Pengobatan mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati
penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk
mencegah penularan pada janin. Sifilis dapat dibagi menjadi 4 stadium.
C. Klasifikasi
1. Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan
basah didaerah vagina, poros usus dan mulut. Stadium ini merupakan stadium yang
sangat menular.
2. Stadium dua. Stadium ini akan muncul tanda luka-luka di bibir, mulut,
tenggorokan, vagina, dubur dan gejala-gejala yang mirip dengan flu seperti
demam dan pegal-pegal. Stadium ini biasanya berlangusng 1-2 minggu.
3. Stadium tiga. Jika pada stadium 1 dan 2 tidak diobati para penderita akan
mengalami sifilis laten. Ini ditandai dengan gejala penyakit akan menghilang
namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh. Ini berlangsung hingga
bertahun-tahun.
4. Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada
stadium ini spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dan dapat merusak
otak, jantung, batang otak dan tulang.
D. Penanganan dokter
1. Stadium satu. Di berikan Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit
secara IM berturut-turut, 2,4 juta unit selama seminggu. Penisilin prokain
dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga
mencapai dosis total 4,8 juta unit.
2. Staium dua. Di berikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit
secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penisilin Prokain dalam
alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga
mencapai dosis total 6 juta unit.
3. Stadium tiga. Di berikan Benzatin Penisilin dosis total 9 juta unit, di
suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang smeinggu. Penisilin
prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit
sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.
Apabila penderita alergi
terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II di berikan tetrasiclin HCL
dengan dosis 4x500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III di berikan
tetrasiclin HCL dengan dosis 4x500 mg/hari selama 30 hari.
3.
HIV/AIDS
A. Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV)
adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini jenis retrovirus
RNA dengan nama T-cel lymphatropic virus.
Virus yang masuk kedalam tubuh menyerang sel darah putih dan merusaknya
sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi
akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderita mudah terkena berbagai penyakit (AIDS).
Acquired immunodefficiency syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena
rendahnya daya tahan tubuh. Sebesar 89% penderita HIV berkembang menjadi AIDS.
Berikut adalah cara
penularan HIV/AIDS :
1. Hubungan sexual
2. Transfusi darah/tertusuk jarum
3. Terpapar mukosa kulit
Tranmisi dari ibu ke janin:
selama hamil, saat persalinan (50%), dan ASI (14%).
B. Gejala
Gejala dari HIV/AIDS adalah
sebagai berikut:
1. Mayor
a. BB turun 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronik > 1 bulan
c. Demam > 1 bulan
d. Kesadaran turun dan gangguan neurologi
e. Ensefalopati HIV: gangguan kogniftif, motorik, dan tingkah laku.
2. Minor
a. Batuk menetap > 1 bulan
b. Dermatitis generalisata gatal
c. Herpes zooster yang berulang
d. Kandidiasis orofaring
e. Herpes simpleks kronik progresif
f.
Limpadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
C. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV
dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti HIV. Kepada
ibu hamil yang di ketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke 2 dan 3 dalam kurun
6 bulan terakhir diberikan AZT/oral, sedangkan pada saat persalinan di berikan
AZT melalui infus. Kepada bayi yang baru lahir di berikan AZT selama 6 minggu.
Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada
bayinya, dari 23% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV
lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang di anjurkan
untuk menjalani operasi cesar.
Ibu HIV positif dapat
mengurangi resiko banyinya tertular dengan: mengkonsumsi obat antiretrofiral
(ARV), menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya, hindari menyusui
penggunaan ARV : resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai.
Jika ibu tidak memakai ARV
sebelum dia mulai melahirkan, ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh
penularaan ini : AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan
bayi 1 minggu setelah lahir, 1 tablet nefirafine pada waktu mulai sakit
melahirkan, kemudian 1 tablet lagi diberikan pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
D. Penanganan persalinan
1. Wanita hamil dengan HIV
ZDV dimulai pada kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 5 x 100 mg
atau 3x 200 mg
2. Persalinan
Pada saat persalinan dilakukan pemberian ZTV intravena.
3. Bayi
Bayi dilahirkan diberikian ZTV dalam bentuki cair setiap 6 jam selama
6 minggu setelah melahirkan.
IV.
KEHAMILAN
DENGAN GANGGUAN JIWA
1.
DEPRESI
A. Definisi
Depresi dalam kehamilan merupakan
gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada
umumnya yang muncul pada hari 1 sampai 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini
bukan sesuatu yang istimewa. Pada kejadian depresi akan terjadi perubahan
kimiawi pada otak. Pada hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan
mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat
dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kejailan.
Depresi pada kehamilan akan bisa bisa
dihindarkan melalui dukungan psikologis yang kuat dari keluarga, memberikan
kasih sayang dan empati pada masa kehamilan awal mereka.
Dukungan psikologis dan perhatian akan
memerikan dampak signifikan pada kehidupan sosial seperti (keharmonisan,
penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati)
B. Faktor
Beberapa
faktor utama penyebab depresi :
·
Kehamilan yang tidak diharapkan
·
Hamil diluar nikah
·
Faktor ekonomi
·
Faktor ketidak bahagiaan dalam rumah
·
Kurangnya dukungan dari suami dan
keluarga
C. Gejala
Beberapa
gejala depresi :
·
Menunjukan lebih banyak mengeluarkan air
mata dibandingkan senyum
·
Tidak mau makan dan minum
·
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap
hari
·
Jarang mengontrol kehamilan
·
Tidak melakukan perisiapan untuk
menyambut bayi yang akan lahir
D. Pengaruh terhadap kehamilan
Dampak
pengaruh depresi terhadap kehamilan :
·
Timbulnya gangguan pada janin yang masih
dikandungan
·
Munculnya gangguan kesehatan pada mental
si anak
2.
PSIKOSA
A. Definisi
Psikosa adalah tingkah laku secara
keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas
sehingga tidak mampuu lagi menyesesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar an
berlaku umum.
B. Tanda dan gejala
·
Tidak mampu melakukan partisipasi sosial
halusinasi.
·
Sejumlah kelainan perilaku, seperti
aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi halusinasi.
·
Sosialnya membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
·
Adanya gangguan kemampuan berpikir,
bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasia.
C. Jenis psikosa
1.
Skizofrenia
Merupakan
jenis psikosa yang sering dijumpai. Skizofernia pada kehamilan dapat muncul
bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
· Virus
atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
· Menurunnya
autonium yang mungkin disebkan infeksi selama hamil.
· Komplikasi
kehamilan.
Proses
penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil :
· Wanita
yang datang dengan psikosis harus dirawat di rumah sakit bila rawat jalan tidak
memungkinkan.
· Diberikan
obat antipsikotik.
· Terapi
elektrokompulsif.
2.
Paranoid
Ditandai
dengan adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya
bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Cara pencegahan yang dapat dilakukan penderita
psikosa :
·
ANC rutin
·
Nutrisi
·
Aktivitas
·
Relaksasi
·
Senam hamil
3.
PSIKONEUROSA
A. Definisi
Psikoneurosa atau dengan
singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan
pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan
dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya. Oleh karena
ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu keglainan mental dengan
kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi,
sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan) oleh karena itu,
psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah
orang yang taraf kecerdasannya tinggi.
B. Gejala
· Penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya.
·
Tingkah lakunya jadi
abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri
dan membenci pula dirinya sendiri.
· Ketakutan terus-menerus dan sering tidak rasional. Misalnya bagi ibu
hamil, takut memikirkan sakitnya melahirkan.
V.
KELAINAN
LETAK JANIN DALAM RAHIM
1.
PUNCAK
KEPALA
A. Definisi
Pada persalinan normal, saat melewati
jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak
terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga
preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun
besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala
yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik
perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.
B. Diagnosis
· Sumbu
panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
· Di
atas panggul teraba kepala
· Punggung
terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang
berlawanan.
· Di
fundus uteri teraba bokong.
· DJJ
terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan
punggung janin.
· Sutura
sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul
· Kedua
ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduannya sama
tinggi didalam panggul.
C. Etiologi
· Kelainan
panggul
· Kepala
berbentuk bulat
· Anak
kecil/mati
· Kerusakan
dasar panggul
D. Komplikasi
· Pada
Ibu: Robekan jalan lahir yang lebih
luas.
· Pada
Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi
2.
LETAK
DAHI
A. Definisi
Presentasi dahi adalah posisi kepala
antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini
biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi
melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan
berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala
terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.
B. Etiologi
· Panggul
sempit
· Janin
besar
· Multiparitas
· Kelainan
janin (Anansefalus)
· Kematian
janin intra uterin
C. Diagnosa
· Pemeriksaan
luar seperti pada presentasi muka, tapi
bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
· DJJ
terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
· Pada
persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada
persalinan sebelumnya normal.
· Periksa
dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain teraba
pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.
D. Komplikasi
· Pada
Ibu: Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur
uteri
· Pada
Anak: Mortalitas janin tinggi
3.
LETAK
MUKA
Letak muka adalah letak kepala dengan
defleksi maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah.
Pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung, bila muka sudah masuk
kedalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan
pinggir orbita. Pemeriksaan harus di lakukan dengan hati-hati, sehingga tidak
melukai mata dan mulut. Hal ini disebabkan karna keadaan yang memaksa
terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi
kepala. Oleh karena itu janin tidak dapat lahir spontan kecuali bila janin
kecil atau mati. Umumnya bila terdapat letak muka segera di lakukan SC
disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin, penolong akan
meraba muka, mulut, hidung dan pipi.
Etiologinya yaitu panggul sempit, janin besar,
multiparitas, perut gantung, anencephal, tumor dileher, lilitan tali pusat,
dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka dengan dagu anterior
dan posterior, sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan
persalinan terjadinya fleksi.
4.
PERSISTEN
OKSIPITO POSTERIOR
Posisi dimana ubun-ubun kecil tidak
berputar ke depan, sehingga tetap berada di belakang disebabkan karena usaha
penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Mekanisme persalinannya
dapat berlangsung spontan tetapi pada umumnya lebih lama, dan sulit untuk di
ramalkan, karena kemungkinan adanya penyulitpun selalu ada, di tambah
kemungkinan kerusakan jalan lahir besar, sedangkan kematian perinatal lebih
tinggi bila di bandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil berada di depan. Oleh
sebab itu persalinan dapat ditangani vakum atau cunam. Rotasi secara spontan
terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu bila kepala janin tidak
rotasi atau turun, pada persalinan dapat terjadi robekan perinium yang luas
atau tidak teratur, etiologi usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan
ukuran panggul, pada diameter anterior posterior lebih besar tranversa pada
panggul antropoid, atau sekmen depan menyempit seperti pada panggul android,
ubun-ubun kecil akan sulit memutar kedepan, sebab lain otot-otot panggung
lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tak ada
paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.
VI.
KONSEP
DASAR DISTOSIA
A. Definisi
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya
persalinan. Distosia karena kelainan tenaga /his adalah his yang tidak normal
baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Penyebab: sering dijumpai pada
primigravida tua dan inersia uteri sering di jumpai pada multi gravida; faktor
herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting; salah pimpinan
persalinan pada kala II atau salah pemeberian obat-obatan seperti oxyticin dan
obat-obatan penenang; penanganan Distosia kelainan tenaga/his, bila dijumpai
pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari
sebab-sebabnya. Pada partus yang telah berlangsunng lama atau berikan regim
rehidrasi.
a. Infus
dextrosa 5% atau larutan garam fisiologis 1liter dalam 1 jam pertama.
b. Bila
his yang menyebabkan rasa sakit yang
berlebihan berikan injeksi petidin 50 mg.
c. Berikan
anti biotik secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.
B. Distosia kelainan tenaga/his
1.
His
Hipotonik
Adalah his yang sifatnya lebih lama
lebih singkat dan lebih jarang di bandingkan
dengan his yang normal,
inersia uteri dibagi 2 keadaan primer
dan sekunder.
Pada fase laten diagnosis akan lebih
sulit tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama maka
diagnosis ini akan lebih mudah ditegakan.
Penangananan inersia Uteri:
· Periksa
keadaan serviks, presentasi dan kondisi janin, penurunan bagian terbawah janin,
dan keadaan panggul kemudian buat tindakan dan rencana
· Berikan
oksitosin drips 5-10 satuan dalam dextr4osa 5%(12 tetes/mnit) kemudian naikan
setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/mnit
· Bila
his tidak kuat oksitosin drips di stop kemudian berikan obat penenang
· Valium
10 mg
· Bila
disertai dengan disproporsi
Cephalofelvis kemudian tindakan SC
· HIS
kuat menyebabkan inersia uteri sekunder dengan KU ibu lemah dan partus telah
berlangsung 24 jam Primi dan 18 jam multi, lakuakan SC.
2.
His
hipertonik
Adalah his yang terlampau kuat dan
terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi. Penanganannya: berikan obat seperti morpin, luminal, dsb. Kemudaian
janian tidak lahir dalam waktu dekat (4-6 jam),
bila ada tanda-tanda obstruksi lakuakan SC, bila partus presipitaus
tidak banyak yang bisa dilakuakan karena lahir tiba-toiba dan cepat.
3.
His
yang tidak terkoordinasi
Adalah sifat his yang berubah-ubah tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan.
Penangannya: berikan (sedativa dan
analgetik) seperti morpin, petidin dan valium; apabila persalianan sudah
berlangsung lama dan berlarut-larut
lakuakan EK, Forcep/SC.
VII.
DISTOSIA
KELAINAN ALAT KANDUNGAN
A. Distosia karena kelainan vulva
1.
Definisi
Distosia vulva adalah persalian aynag sulit diesnbabkan karena
atresia vulvae tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh
misalnya karena radang atau trauma (Sulaeman, 184).
2.
Etiologi
Edema vulva dijumpai pada pre-eklampsia
dan gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama atau
persalinan terlantar. Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di
tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini
karena reaksi sistem vena terutama
dinding pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat
pengaruh hormone steroid.
Stenosis vulva dijumpai sebagai akibat
parut yang kaku atau dapat mengecilkan vulva (stenosis). Dengan episiotomi
persaliana akan berjalan lancar.
Peradangan vulva sering brsamaan dengan
peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik seperti sifilis,
Gonorea, Trikomoniasis, Kandidasis dan amebiasis dan infeksi tidak spesifik seperti eksema, diabetes
militus, bhatolinitis, abses, dan kista bhartolini.
Tumor vulva dapat berupa abses
Bhartolinii atau kista atau suatu Kandilomata, karena tidak terlalu besar tidak
akan menghalangi persalinan.
B. Distosia karena kelainan vagina
1.
Definisi
Distosia vagina adalah kelambatan atau
kesulitan dalam jalannya persalinan yang dikarenakan adanya kelainan pada
vagina yang menghalangi lancarnya persalinan.
Distosia dapat disebabkan karena
kelainan his (hi hipotonik dan his hiper tonik), karena kelainan besar anak,
bentuk anak (hidrocefalus, kmbar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak
sungsang, letak melintang), serta karena kelainan jalan lahir.
2.
Etiologi
Struktur
vagina yang kongenital biasanya
tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut
akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
Tumor vagina dapat merupakan rintangan
bagi lahirnya janian pervaginam, adanya tumor vagina bisa menyebabkan
persalianan pervaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko tergantung
dari jenis dan besarnya tumor, perlu dipertimbangkanapakah persalianan dapat
berlangsung pervaginam atau harus diselesaikan dengan seksio caesaria.
Kelainan-kelainan itu umumnya terjadi
secara bawaan akibat gangguan saat
pembentukan dan pertumbuhan vagina. Bisa juga didapat akiabat infeksi, semisal
keputihan menahun yang tidak ditangani secara tuntas. Bisa juga karena trauma
akibat trauma persalinan di antaranya penonjolan dinding vagina bagian depan (
sistokel), penonjolan dinding vagina bagian belakang (rektokel), pelebaran
saluran vagina maupun pelebaran mulut vaginha (introitus vagina) karen adanya
ruptura perinei alias perobekan prineum.
3.
Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk persalinan
septum tersebut adalah dengan robekan spontan
atau di sayat atau diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada
dispareuni. Sikap bidan dalam kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan
septum vagina, vertikal atau longitudinal pada waktu melakuakan pemeriksaan
dalam dan selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan
sebagaimana mestinya.
C. Distosia karena kelainan
uterus/servix
1.
Definisi
Distosia serviks uteri adalah
terhalangnya kemajuan persalinandisbabkan kelainan serviks uteri. Walaupun his
normal dan baik, kadang-kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelaina
yang menyebabkan serviks tidak membuka.
2.
Etiologi
Penyebab distosia serviks adalah adanya
kelainan pada letak rahim diantaranya : perut gantung (Abdomen Pendulum),
Hyperanteflexio, Retroplexio uteri, Prolapsus Uteri, Mioma Uterus, Kanker
Rahim.
3.
Klasifikasi
Ada
5 jenis kelainan pada serviks uteri:
a. Serviks
kaku yakni yaitu suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku.
keadaan
ini serinng dijumpai pada primigravida tua, atau karena adanya parut-parut
bekas luka atau bekas infeksi atau pada karsinoma serviks.
b. Kejang
atau kaku serviks dibagi 2, dikatakan primer: mungkin disebabkan oleh rasa
takut atau pada primi gravida tua atau sebab psikis. Sekunder: oleh karena
luka-luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut.
c. Serviks
Gantung (Hanging Servix) adalah suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum
dapat terbuka lebar, sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka. Servix
akan menggantung seperti corong.
d. Serviks
Konglumer (conglumeratio cervix) suatu keadaan dimana ostium uteri internu7m
dapat terbuka sampai lengkap sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau
membuka. Keadaan ini sering kita jumpai pada wanita dengan prolaps uteri
yangmenjadi hamil atau dengan serviks dan portio yang panjang (elongatio
seervicisat portionis). Dalam hal ini servik dapat menjadi tipis, namun ostium
uteri eksternum tidak membuka atau hanya membuka 5 cm.
e. Edema
serviks, bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai hematoma dan
neckrosis ini merupakan tanda obstruksi.
Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan
lahir shingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan
edema serviks.
4.
Penanganan
Pada kondisi serviks yang kaku setelah
ditegakan diagnosa memang serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan
seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah
melakukan caesar. Jika adanya serviks gantung dalam observasi keadaan tetap
begitu dan tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan
yanng tepat adalah Caesar.
BAB
III
(PENUTUP)
I.
KESIMPULAN
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis
namun dalam prakteknya kehamilan juga memiliki potensi untuk terjadinya
komplikasi. komplikasi yang terjadi bisa berasal dari ibu maupun janin itu
sendiri, yang di sebabkan oleh kehamilan ataupun tidak diantranya :
· Diabetes
Militus
· Jantung
· Sistem
pencernaan
· Sistem
hematologi
· Sistem
perkemihan
· Kehamilah
dengan infeksi
· Kehamilan
dengan PMS
· Gangguan
jiwa
· Distosia
bahu
Komplikasi ini bisa terjadi saat kehamilan dan
persalinan, untuk mencegah komplikasi terjadi tugas kita sebagai seorang bidan
untuk screening atau mendeteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar